Produk Domestik
Bruto (PDB)
Dalam bidang ekonomi, produk domestik bruto (PDB) adalah nilai
pasar semua barang dan jasa yang diproduksi oleh suatu negara pada periode
tertentu. PDB merupakan salah satu metode untuk menghitung pendapatan nasional.
PDB diartikan
sebagai nilai keseluruhan semua barang dan jasa yang diproduksi di dalam
wilayah tersebut dalam jangka waktu tertentu (biasanya per tahun). PDB berbeda
dari produk nasional bruto karena memasukkan pendapatan faktor produksi dari luar
negeri yang bekerja di negara tersebut. Sehingga PDB hanya menghitung total
produksi dari suatu negara tanpa memperhitungkan apakah produksi itu dilakukan
dengan memakai faktor produksi dalam negeri atau tidak. Sebaliknya, PNB
memperhatikan asal usul faktor produksi yang digunakan.
PDB Nominal merujuk kepada nilai PDB tanpa memperhatikan pengaruh
harga. Sedangkan PDB riil (atau disebut PDB Atas Dasar Harga Konstan)
mengoreksi angka PDB nominal dengan memasukkan pengaruh dari harga.
PDB dapat
dihitung dengan memakai dua pendekatan, yaitu pendekatan pengeluaran dan
pendekatan pendapatan. Rumus umum untuk PDB dengan pendekatan pengeluaran
adalah:
PDB = konsumsi
+ investasi
+ pengeluaran
pemerintah
+ (ekspor
- impor)
Di mana konsumsi adalah pengeluaran yang dilakukan oleh rumah tangga, investasi oleh sektor usaha, pengeluaran pemerintah oleh pemerintah, dan ekspor dan impor melibatkan sektor luar negeri.
Sementara
pendekatan pendapatan menghitung pendapatan yang diterima faktor produksi
PDB = sewa + upah + bunga + laba
Di mana sewa
adalah pendapatan pemilik faktor produksi tetap seperti tanah, upah untuk tenaga kerja, bunga untuk pemilik modal, dan laba untuk pengusaha.
Secara teori,
PDB dengan pendekatan pengeluaran dan pendapatan harus menghasilkan angka yang
sama. Namun karena dalam praktik menghitung PDB dengan pendekatan pendapatan
sulit dilakukan, maka yang sering digunakan adalah dengan pendekatan
pengeluaran.
Perbandingan antar-negara
PDB negara yang
berbeda dapat dibandingkan dengan menukar nilainya dalam mata uang lokal
menurut:
nilai tukar mata
uang saat ini: PDB dihitung sesuai
dengan nilai tukar yang sedang digunakan dalam pasar mata uang internasional, atau
nilai tukar
keseimbangan kemampuan berbelanja: PDB dihitung sesuai keseimbangan kemampuan berbelanja (PPP) setiap mata uang relatif kepada standar yang telah
ditentukan (biasanya dolar AS).
Peringkat relatif
negara-negara dapat berbeda jauh antara satu metode dengan metode lainnya.
Perkembangan PDB Indonesia
Berikut ini
daftar total PDB Indonesia dalam miliar USD:
Tahun
|
PDB
|
PDB
per kapita
|
2015
|
n/a
|
n/a
|
2014
|
n/a
|
n/a
|
2013
|
US$868,35
miliar
|
US$3.475,25
|
2012
|
US$876,72
miliar
|
US$3.551,42
|
2011
|
US$845,93
miliar
|
US$3.469,75
|
2010
|
US$709,19
miliar
|
US$2.946,66
|
2009
|
US$539,58
miliar
|
US$2.272,04
|
2008
|
US$510,24
miliar
|
US$2.178,27
|
2007
|
US$432,22
miliar
|
US$1.871,29
|
2006
|
US$364,57
miliar
|
US$1.601.03
|
2005
|
US$285,87
miliar
|
US$1.273,47
|
2004
|
US$256,84
miliar
|
US$1.160,61
|
2003
|
US$232,77
miliar
|
US$1.076,22
|
2002
|
US$195,66
miliar
|
US$909,89
|
2001
|
US$160,45
miliar
|
US$756,93
|
2000
|
US$165,02
miliar
|
US$789,81
|
1999
|
US$140 miliar
|
US$679,79
|
1998
|
US$95,45
miliar
|
US$470,2
|
1997
|
US$215,75
miliar
|
US$1078,47
|
1996
|
US$227,37
miliar
|
US$1.153,59
|
1995
|
US$202,13
miliar
|
US$1.041,31
|
1994
|
US$176,89
miliar
|
US$925,72
|
1993
|
US$158,01
miliar
|
US$840,38
|
1992
|
US$139,12
miliar
|
US$752,32
|
KONSEP DAN DEFINISI PDB
PENGELUARAN
- Pengeluaran Konsumsi Rumah TanggaPengeluaran konsumsi rumah tangga (PKRT) merupakan pengeluaran atas barang dan jasa oleh rumah tangga untuk tujuan konsumsi. Dalam hal ini rumah tangga berfungsi sebagai pengguna akhir (final demand) dari berbagai jenis barang dan jasa yang tersedia dalam perekonomian. Rumah tangga didefinisikan sebagai individu atau kelompok individu yang tinggal bersama dalam suatu bangunan tempat tinggal. Mereka mengumpulkan pendapatan, memiliki harta dan kewajiban, serta mengkonsumsi barang dan jasa secara bersama-sama utamanya kelompok makanan dan perumahan (UN, 1993).
- Pengeluaran Konsumsi PemerintahPengeluaran Konsumsi Pemerintah adalah nilai seluruh jenis output pemerintah dikurangi nilai output untuk pembentukan modal sendiri dikurangi nilai penjualan barang/jasa (baik yang harganya signifikan dan tidak signifikan secara ekonomi) ditambah nilai barang/jasa yang dibeli dari produsen pasar untuk diberikan pada RT secara gratis atau dengan harga yang tidak signifikan secara ekonomi (social transfer in kind-purchased market production).
- Pembentukan Modal Tetap BrutoSecara garis besar PMTB didefinisikan sebagai pengeluaran unit produksi untuk menambah aset tetap dikurangi dengan pengurangan aset tetap bekas. Penambahan barang modal meliputi pengadaan, pembuatan, pembelian barang modal baru dari dalam negeri dan barang modal baru maupun bekas dari luar negeri (termasuk perbaikan besar, transfer atau barter barang modal). Pengurangan barang modal meliputi penjualan barang modal (termasuk barang modal yang ditransfer atau barter kepada pihak lain).Disebut sebagai pembentukan modal tetap bruto karena menggambarkan penambahan serta pengurangan barang modal pada periode tertentu. Barang modal mempunyai usia pakai lebih dari satu tahun serta akan mengalami penyusutan. Istilah ”bruto” mengindikasikan bahwa di dalamnya masih mengandung unsur penyusutan. Penyusutan atau konsumsi barang modal (Consumption of Fixed Capital) menggambarkan penurunan nilai barang modal yang digunakan pada proses produksi secara normal selama satu periode.
- InventoriInventori adalah persediaan yang dikuasai oleh unit yang menghasilkan untuk digunakan dalam proses lebih lanjut, dijual, atau diberikan pada pihak lain, atau digunakan dengan cara lain. Merupakan persediaan yang berasal dari pihak lain, yang akan digunakan sebagai input antara atau dijual kembali tanpa mengalami proses lebih lanjut.
- Ekspor – ImporSecara umum, konsep ekspor-impor luar negeri yang digunakan dalam penyusunan PDB/PDRB Penggunaan mengacu pada System of National Accounts (SNA) 1993. Dalam SNA 1993, transaksi ekspor-impor barang luar negeri dalam komponen PDRB Penggunaan Provinsi merupakan salah satu bentuk transaksi internasional antara pelaku ekonomi yang merupakan residen suatu wilayah Provinsi terhadap pelaku ekonomi luar negeri (non-resident). Transaksi ekspor barang didefinisikan sebagai transaksi perpindahan kepemilikan ekonomi (baik berupa penjualan, barter, hadiah ataupun hibah) atas barang dari residen suatu wilayah Provinsi terhadap pelaku ekonomi luar negeri (non-resident). Sebaliknya, impor barang didefinisikan sebagai transaksi perpindahan kepemilikan ekonomi (mencakup pembelian, barter, hadiah ataupun hibah) atas barang dari pelaku ekonomi luar negeri (non-resident) terhadap residen suatu wilayah Provinsi.
PDB adalah jumlah nilai tambah atas barang dan jasa yang dihasilkan oleh
berbagai unit produksi di wilayah suatu negara dalam jangka waktu tertentu
(biasanya satu tahun). Unit-unit produksi tersebut dalam penyajian ini
dikelompokkan menjadi 9 lapangan usaha (sektor) yaitu:
- Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan
- Pertambangan dan Penggalian
- Industri Pengolahan
- Listrik, Gas dan Air Bersih
- Konstruksi
- Perdagangan, Hotel dan Restoran
- Pengangkutan dan Komunikasi
- Keuangan, Real Estate dan Jasa Perusahaan
- Jasa-jasa termasuk jasa pelayanan pemerintah. Setiap sektor tersebut dirinci lagi menjadi sub-sub sektor.
PDB = C + I + G +
(X-M)
Keterangan:
C : Konsumsi rumah tangga
I : Investasi
G : Konsumsi pemerintah
X : Ekspor
M : Impor
Dari rumus tersebut,
dapat dijelaskan bahwa apabila konsumsi bertambah makan akan berpengaruh pada
PDB yang akan meningkat pula. Begitu juga dengan Investasi, pengeluaran
pemerintah dan ekspor bersih apabila mengalami peningkatan maka jumlah PDB akan
meningkat, hal ini dikarenakan komponen-komponen tersebut berada dalam satu
fungsi linier. Oleh karena itu, setiap negara selalu berusaha untuk
meningkatkan konsumsi, investasi, pengeluaran pemerintah, dan nilai ekspor
bersih.
Secara kasar PDB
dapat dijadikan ukuran kesejahteraan ekonomi suatu negara, akan tetapi ukuran
ini tidak terlalu tepat. Mengapa dikatakan tidak tepat karena jika hanya
melihat PDB, perhitungan tersebut masih mengabaikan faktor jumlah
penduduk.
Statistik Pertumbuhan
Domestik Bruto (PDB):
Rata-rata
Pertumbuhan PDB (%) |
|
1998 – 1999
|
- 6.65
|
2000 – 2004
|
4.60
|
2005 – 2009
|
5.62
|
2010 – 2014
|
5.80
|
2006
|
2007
|
2008
|
2009
|
2010
|
2011
|
2012
|
2013
|
2014
|
|
PDB
(dalam milyar USD) |
364.6
|
332.2
|
510.2
|
539.6
|
755.1
|
893.0
|
917.9
|
910.5
|
888.5
|
PDB
(perubahan % tahunan) |
5.5
|
6.3
|
6.0
|
4.6
|
6.2
|
6.2
|
6.0
|
5.6
|
5.0
|
PDB per Kapita
(dalam USD) |
1,590
|
1,861
|
2,168
|
2,263
|
3,125
|
3,648
|
3,701
|
3,624
|
3,492
|
Tampak dalam
tabel di atas bahwa penurunan perekonomian global yang disebabkan oleh krisis
finansial global di akhir 2000-an memiliki dampak yang relatif kecil pada
perekonomian Indonesia dibandingkan dengan dampak yang dialami negara-negara
lain. Pada tahun 2009, pertumbuhan PDB Indonesia turun menjadi 4,6%, yang
berarti bahwa performa pertumbuhan PDB negara ini merupakan salah satu yang
terbaik di seluruh dunia (dan memiliki peringkat tertinggi ketiga di antara
negara-negara dengan perekonomian besar yang tergabung di dalam grup G-20).
Meskipun terjadi
penurunan tajam harga-harga komoditi, turunnya pasar saham, yield obligasi domestik dan
internasional yang lebih tinggi, dan melemahnya nilai tukar rupiah,
perekonomian Indonesia masih dapat tumbuh dengan layak. Kesuksesan ini terutama
disebabkan oleh pengaruh ekspor Indonesia yang relatif terbatas terhadap
perekonomian nasional, terjaganya kepercayaan pasar yang tinggi, dan berlanjutnya
konsumsi domestik yang subur. Konsumsi domestik di Indonesia (terutama konsumsi
pribadi) berkontribusi untuk sekitar 55% dari total pertumbuhan ekonomi negara
ini.
Pada tahun 2010,
Bank Dunia melaporkan bahwa karena suburnya pertumbuhan ekonomi Indonesia,
setiap tahunnya sekitar 7 juta penduduk Indonesia masuk dalam kelas menengah
negara ini. Di 2012, jumlah penduduk kelas menengah Indonesia mencapai sekitar
75 juta orang (dari total jumlah
penduduk Indonesia sebesar 240
juta orang) dan perusahaan penelitian seperti Boston Consulting Group (BCG) dan
McKinsey menyatakan bahwa kelompok kelas menengah ini akan bertambah kira-kira
dua kali lipat pada tahun 2020-2030. Meskipun pertumbuhan penduduk kelas
menengah telah berkurang karena perlambatan perekonomian negara ini yang
terjadi setelah 2011, Indonesia memiliki kekuatan konsumen yang mendorong
perekonomian dan telah secara signifikan memicu pertumbuhan investasi domestik
dan asing sejak 2010.
Kendati begitu,
setelah memuncak di 2011, pertumbuhan PDB Indonesia mulai melambat. Ada
beberapa faktor yang menjelaskan perlambatan ekonomi ini:
- Pertumbuhan Ekonomi Global yang Lambat: Fokus pada Republik Rakyat Tiongkok (RRT)Setelah mengalami rebound dari resesi global yang besar (2007-2009), laju pertumbuhan ekonomi di seluruh dunia menurun pada periode 2010-2014. Yang paling menyebabkan kekhawatiran adalah semakin menurunnya laju pertumbuhan perekonomian RRT. Negara dengan perekonomian terbesar kedua di dunia ini bertumbuh 7,3% pada basis year-on-year (y/y) di 2014, level terendah dalam 24 tahun terakhir. Menurunnya ekspansi perekonomian di RRT segera memberikan dampak pada Indonesia karena kedua negara adalah mitra dagang yang penting (RRT berkontribusi untuk hampir sepersepuluh dari total ekspor Indonesia). Diperkirakan bahwa untuk setiap penurunan 1% dari pertumbuhan PDB RRT, ekspansi perekonomian Indonesia akan berkurang 0,5%.
- Menurunnya Harga-harga KomoditiPerlambatan ekonomi global baru-baru ini (dan terutama perlambatan ekonomi RRT) menyebabkan penurunan harga-harga komoditi ke level yang rendah selama bertahun-tahun. Sebagai negara eksportir komoditi yang besar (dan kekurangan industri hilir yang berkembang baik), performa ekspor Indonesia sangat terpengaruh saat harga komoditi (seperti batu bara dan minyak sawit mentah) rendah. Rendahnya harga komoditi-komoditi tidak hanya disebabkan oleh permintaan global yang lebih lemah namun juga karena kelebihan suplai. Pada masa boom komoditi di tahun 2000-an dan setelah resesi besar yang terjadi di akhir 2000-an (ketika institusi-institusi seperti Bank Dunia dan International Monetary Fund menerbitkan proyeksi pertumbuhan global yang terlalu optimis) banyak perusahaan memasuki sektor komoditi - atau perusahaan-perusahaan komoditi yang telah ada berinvestasi untuk meningkatkan kapasitas produksi - dan menyebabkan timbunan suplai sehingga menekan turun harga komoditi.
- Tingkat Suku Bunga Bank Indonesia yang TinggiTingkat suku bunga yang tinggi membatasi pertumbuhan kredit dan karenanya mengurangi pertumbuhan ekonomi. Sejak pertengahan tahun 2013, bank sentral Indonesia (Bank Indonesia) meningkatkan suku bunga acuannya (BI rate) dari level terendah dalam sejarah pada 5,75% kemudian secara bertahap, namun agresif, naik menjadi 7,75% di akhir 2014. Bank Indonesia mengetatkan kebijakan moneternya dalam rangka melawan inflasi yang tinggi (yang meningkat tajam setelah beberapa reformasi subsidi bahan bakar), mengurangi defisit transaksi berjalan yang lebar saat ini, dan mendukung rupiah yang telah dibebani oleh tekanan-tekanan berat karena pengetatan moneter di Amerika Serikat (karena itu, Bank Indonesia lebih memilih stabilitas finansial dibandingkan pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi). Capital outflows besar-besaran dari negara-negara berkembang, termasuk Indonesia, terjadi di sebagian besar waktu di tahun 2013 karena ancaman penurunan program pembelian obligasi senilai 85 miliar dollar Amerika Serikat (AS) setiap bulannya (quantitative easing AS). Pada tahun 2015, capital outflows dari negara-negara berkembang muncul kembali karena dunia sedang bersiap-siap untuk suku bunga AS yang lebih tinggi.
- Perpolitikan di IndonesiaTahun 2014 adalah ‘tahun politik’ untuk Indonesia karena negara ini mengorganisir pemilihan-pemilihan legislatif dan presiden. Pemilihan-pemilihan ini pada dasarnya adalah pertarungan antara Joko Widodo yang didukung PDI-P (calon favorit pasar karena berpola pikir pembaharuan) dan Prabowo Subianto yang didukung Gerindra (mantan jenderal angkatan bersenjata yang kontroversial dan juga mantan menantu Suharto). Meskipun pemilihan-pemilihan ini diprediksi akan memberikan kemenangan yang mudah untuk Widodo, hal ini ternyata berubah menjadi pertarungan sengit (dan bahkan membutuhkan keputusan Mahkamah Konstitusi untuk mengkonfirmasi hasil dari Pemilihan Presiden). Selama sekitar lima bulan, tahun 2014 dilanda oleh ketidakjelasan politik (karena pemilihan-pemilihan ini) dan mengakibatkan perlambatan realisasi investasi, dan karenanya mengurangi ekspansi perekonomian negara ini.
Pertumbuhan PDB Indonesia
per Kuartal 2009–2015 (perubahan % tahunan):
Tahun
|
Quarter I
|
Quarter II
|
Quarter III
|
Quarter IV
|
2015
|
4.72
|
4.67
|
4.74
|
5.04
|
2014
|
5.14
|
5.03
|
4.92
|
5.01
|
2013
|
6.03
|
5.81
|
5.62
|
5.72
|
2012
|
6.29
|
6.36
|
6.17
|
6.11
|
2011
|
6.45
|
6.52
|
6.49
|
6.50
|
2010
|
5.99
|
6.29
|
5.81
|
6.81
|
2009
|
4.60
|
4.37
|
4.31
|
4.58
|
PDB per kapita Indonesia
dan Distribusi Pendapatan yang Tidak Setara
PDB per kapita
Indonesia telah naik tajam selama satu dekade terakhir (lihat tabel di atas) kendati
hal ini telah melemah selama dua tahun terakhir karena perlambatan ekonomi.
Meskipun begitu, bisa dipertanyakan apakah PDB per kapita adalah alat ukur yang
layak untuk Indonesia karena penduduk Indonesia memiliki karakteristik
ketidaksetaraan yang tinggi dalam distribusi pendapatan. Dengan kata lain, ada
kesenjangan antara statistik dan kenyataan karena kekayaan 43.000 orang terkaya
di Indonesia (yang mewakili hanya 0,02% dari total penduduk Indonesia) setara
dengan 25% PDB Indonesia. Kekayaan 40 orang terkaya di Indonesia setara dengan
10,3% PDB (yang merupakan jumlah yang sama dengan kombinasi harta milik 60 juta
orang termiskin di Indonesia). Angka-angka ini mengindikasikan konsentrasi
kekayaan yang besar untuk kelompok elit yang kecil. Terlebih lagi, kesenjangan
distribusi pendapatan ini
diperkirakan akan meningkat di masa mendatang.
PDB per kapita
Indonesia telah meningkat secara stabil pada tahun 2000-an dan setelahnya. Pada
awalnya, Bank Dunia memproyeksikan Indonesia akan mencapai batasan 3.000 dolar
AS pada tahun 2020 namun negara ini telah mencapai level ini satu dekade lebih
awal. Mencapai level PDB per kapita sebesar 3.000 dolar AS dianggap sebagai
langkah yang penting sebab hal ini seharusnya menyebabkan percepatan
pengembangan di sejumlah sektor (seperti retail, otomotif, properti) karena
permintaan konsumen yang meningkat, dan karenanya menjadi katalis pertumbuhan
ekonomi.
Komposisi PDB Indonesia:
Pertanian, Industri dan Jasa
1965
|
1980
|
1996
|
2010
|
|
51%
|
24%
|
16%
|
15%
|
|
13%
|
42%
|
43%
|
47%
|
|
36%
|
34%
|
41%
|
38%
|
PDB Indonesia dalam
Perspektif Global
PDB per Kapita (USD)
|
Pertumbuhan PDB Riil (%)
|
|||||||
2011
|
2012
|
2013
|
2014
|
2011
|
2012
|
2013
|
2014
|
|
AS
|
49,781
|
51,457
|
52,980
|
54,630
|
1.6
|
2.3
|
2.2
|
2.4
|
Cina
|
5,574
|
6,265
|
6,992
|
7,594
|
9.5
|
7.8
|
7.7
|
7.4
|
Indonesia
|
3,648
|
3,701
|
3,624
|
3,492
|
6.2
|
6.0
|
5.6
|
5.0
|
Contoh sederhana perhitungan Produk Domestik Bruto:
Katakanlah
Negara A hanya memproduksi, menjual, dan mengkonsumsi buah Apel dalam
ekonominya. Tahun 2012, ada 1 milyar Apel terjual dalam ekonominya, dengan
harga Rp500/apel. Maka GDP Negara A pada tahun 2012 itu adalah Rp500 milyar
(harga x volume).
Nah,
lalu di tahun 2013, Negara A dapat memproduksi 1.2 milyar buah Apel. Penduduk
Negara A mengkonsumsi 1.1 milyar Apel dan sisa 100 juta Apel sisanya diekspor
ke Negara B. Semua Apel dijual pada harga Rp600/apel. Maka berapa GDP Negara A?
Berarti GDP Negara A
adalah Rp600 milyar, yang berasal dari 1.2 milyar buah Apel dikali dengan harganya Rp600/apel.
Hasil pendapatan dari Ekspor juga termasuk dalam perhitungan GDP.
Maka pertumbuhan GDP Negara A adalah 20% di tahun 2013 ke Rp600 milyar dari
Rp500 milyar di 2012.
Semakin
tinggi populasi penduduk suatu Negara, biasanya GDP Negara tersebut juga makin
tingi, dibandingkan Negara dengan populasi sedikit. Maka agar adil, biasanya
kita juga menggunakan GDP per kapita yang membagi nilai GDP dengan jumlah
penduduknya. Contoh di Negara A di atas, misal pada tahun 2013 populasinya
mencapai 5 juta orang. Maka GDP per kapita Negara A adalah Rp100,000.
Komponen dari
Produk Domestik Bruto ini dibagi menjadi 4 golongan:
- Private Consumption atau Konsumsi Privat, menghitung konsumsi dari rumah tangga atau individu untuk jenis barang berikut:
- Durable goods, barang yang tidak cepat rusak, atau umurnya relatif panjang atau lebih dari 3 tahun, seperti: mobil, kulkas, elektronik, perlengkapan rumah, dan lain-lain. Namun, tidak termasuk pembelian rumah baru.
- Non-durable goods, adalah barang yang biasanya langsung dikonsumsi dan habis masa manfaatnya, seperti: makanan, minuman, rokok, baju, sepatu, dan lain-lain.
- Service, adalah konsumsi untuk jasa seperti ke dokter, jasa konsultan.
- Investment atau Investasi, menghitung pengeluaran untuk barang modal seperti: pembelian rumah, mesin baru, membangun pabrik baru, software atau program baru, dan jenis investasi lainnya.
- Government Spending atau Pengeluaran Pemerintah, menghitung pengeluaran yang dilakukan oleh Pemerintah seperti: membayar gaji pegawai Pemerintah, pembelian alat atau senjata militer, pembangunan jalan atau proyek Pemerintah, dan lain-lain.
- Net Export atau Ekspor Bersih, yang menghitung selisih dari Total Ekspor dikurangi Total Impor.
Analisa
Mekanisme (kinerja) Ekonomi Nasional berdasar PDB melalui 3 pendekatan yaitu:
1. Pendekatan
Produksi
Pendekatan
produksi diperoleh dengan cara menjumlahkan nilai tambah (value added) dari
semua sektor produksi. Lalu, besarnya nilai produksi diperoleh dari mana?
Besarnya
nilai produksi (angka-angka PDB) diperoleh dari:
nilai
tambah (value added) dari berbagai jenis barang & jasa! yaitu sesuai dengan
ISIC (International Standard Industrial Classification) sektor industri dapat
diklasifikasikan menjadi 11 sektor industri, yang biasanya terbagi menjadi 3
kelompok besar:
- Sektor Primer
- Sektor Sekunder
- Sektor Tersier
2. Pendekatan
Pengeluaran/Pembelanjaan
Perhitungan
dilakukan dengan cara menjumlahkan permintaan akhir dari unit/komponen2
ekonomi, yaitu:
Konsumsi
Rumah Tangga (RT)=C
Perusahaan,
berupa investasi/pembentukan modal bruto =I Pengeluaran Pemerintah (konsumsi/belanja
pemerintah) =G Expor – Impor =( X – M ) Dalam Keseimbangan Perekonomian
Nasional, sering di formulasikan dalam persamaan sbb: PDB = C + I + G + ( X –
M)
3. Pendekatan
Pendapatan
diperoleh
dengan cara menghitung jumlah balas jasa bruto (belum dipotong pajak) / hasil dari
faktor produksi yang digunakan PDB = sewa + upah + bunga + laba
Di mana sewa adalah pendapatan pemilik faktor produksi tetap seperti tanah, upah untuk tenaga kerja, bunga untuk pemilik modal, dan laba untuk pengusaha.
Secara teori, PDB dengan pendekatan pengeluaran dan pendapatan harus menghasilkan angka yang sama. Namun karena dalam praktik menghitung PDB dengan pendekatan pendapatan sulit dilakukan, maka yang sering digunakan adalah dengan pendekatan pengeluaran.
Di mana sewa adalah pendapatan pemilik faktor produksi tetap seperti tanah, upah untuk tenaga kerja, bunga untuk pemilik modal, dan laba untuk pengusaha.
Secara teori, PDB dengan pendekatan pengeluaran dan pendapatan harus menghasilkan angka yang sama. Namun karena dalam praktik menghitung PDB dengan pendekatan pendapatan sulit dilakukan, maka yang sering digunakan adalah dengan pendekatan pengeluaran.
Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan
ekonomi adalah proses perubahan kondisi perekonomian suatu negara secara
berkesinambungan menuju keadaan yang lebih baik selama periode tertentu.
Pertumbuhan ekonomi dapat diartikan juga sebagai proses kenaikan kapasitas
produksi suatu perekonomian yang diwujudkan dalam bentuk kenaikan pendapatan
nasional. Adanya pertumbuhan ekonomi merupakan indikasi keberhasilan
pembangunan ekonomi.
Cara Mengukur Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan
ekonomi suatu negara dapat diukur dengan cara membandingkan, misalnya untuk
ukuran nasional, Gross
National Product
(GNP), tahun yang sedang berjalan dengan tahun sebelumnya.
Teori Pertumbuhan Ekonomi
- Teori Pertumbuhan Ekonomi HistorisTeori ini dikemukakan oleh beberapa ahli sebagai berikut:
- Werner Sombart (1863-1947)Menurut Werner Sombart pertumbuhan ekonomi suatu bangsa dapat dibagi menjadi tiga tingkatan:
-Masa
perekonomian tertutup
Pada
masa ini, semua kegiatan manusia hanya semata-mata untuk memenuhi kebutuhannya
sendiri. Individu atau masyarakat bertindak sebagai produsen sekaligus konsumen
sehingga tidak terjadi pertukaran barang atau jasa. Masa perekonomian ini
memiliki ciri-ciri:
- Kegiatan manusia untuk memenuhi kebutuhan sendiri
- Setiap individu sebagai produsen sekaligus sebagai konsumen
- Belum ada pertukaran barang dan jasa
-Masa
kerajinan dan pertukangan
Pada
masa ini, kebutuhan manusia semakin meningkat, baik secara kuantitatif maupun
secara kualitatif akibat perkembangan peradaban. Peningkatan kebutuhan tersebut
tidak dapat dipenuhi sendiri sehingga diperlukan pembagian kerja yang sesuai
dengan keahlian masing-masing. Pembagian kerja ini menimbulkan pertukaran
barang dan jasa. Pertukaran barang dan jasa pada masa ini belum didasari oleh
tujuan untuk mencari keuntungan, namun semata-mata untuk saling memenuhi
kebutuhan. Masa kerajinan dan pertukangan memiliki beberapa ciri-ciri sebagai
berikut:
- Meningkatnya kebutuhan manusia
- Adanya pembagian tugas sesuai dengan keahlian
- Timbulnya pertukaran barang dan jasa
- Pertukaran belum didasari profit motif
-Masa
kapitalis
Pada
masa ini muncul kaum pemilik modal (kapitalis). Dalam menjalankan usahanya kaum
kapitalis memerlukan para pekerja (kaum buruh). Produksi yang dilakukan oleh
kaum kapitalis tidak lagi hanya sekedar memenuhi kebutuhannya, tetapi sudah
bertujuan mencari laba.
Werner
Sombart membagi masa kapitalis menjadi empat masa sebagai berikut:
1. Tingkat
prakapitalis
Masa
ini memiliki beberapa ciri, yaitu:
- Kehidupan masyarakat masih statis
- Bersifat kekeluargaan
- Bertumpu pada sektor pertanian
- Bekerja untuk memenuhi kebutuhan sendiri
- Hidup secara berkelompok
2. Tingkat
kapitalis
Masa
ini memiliki beberapa ciri, yaitu:
- Kehidupan masyarakat sudah dinamis
- Bersifat individual
- Adanya pembagian pekerjaan
- Terjadi pertukaran untuk mencari keuntungan
3. Tingkat
kapitalisme raya
Masa
ini memiliki beberapa ciri, yaitu:
- Usahanya semata-mata mencari keuntungan
- Munculnya kaum kapitalis yang memiliki alat produksi
- Produksi dilakukan secara masal dengan alat modern
- Perdagangan mengarah kepada ke persaingan monopoli
- Dalam masyarakat terdapat dua kelompok yaitu majikan dan buruh
4. Tingkat
kapitalisme akhir
Masa
ini memiliki beberapa ciri, yaitu:
- Munculnya aliran sosialisme
- Adanya campur tangan pemerintah dalam ekonomi
- Mengutamakan kepentingan bersama
- Friedrich List (1789-1846)Menurut Friendrich List, pertumbuhan ekonomi suatu bangsa dapat dibagi menjadi empat tahap sebagai berikut:
-Masa
berburu dan pengembaraan
-Masa
beternak dan bertani
-Masa
bertani dan kerajinan
-Masa
kerajinan, industri, perdagangan
- Karl Butcher (1847-1930)Menurut Karl Bucher, pertumbuhan ekonomi suatu bangsa dapat dibedakan menjadi empat tingkatan sebagai berikut:
-Masa
rumah tangga tertututup
-Rumah
tangga kota
-Rumah
tangga bangsa
-Rumah
tangga dunia
- Walt Whiteman Rostow (1916-1979)W.W.Rostow mengungkapkan teori pertumbuhan ekonomi dalam bukunya yang bejudul The Stages of Economic Growth menyatakan bahwa pertumbuhan perekonomian dibagi menjadi 5 (lima) sebagai berikut:
-Masyarakat
Tradisional (The Traditional Society)
Merupakan masyarakat yang mempunyai struktur perkembangan
dalam fungsi-fungsi produksi yang terbatas, Belum ada ilmu pengetahuan dan
teknologi modern, terdapat suatu batas tingkat output per kapita yang dapat
dicapai
-Masyarakat
pra kondisi untuk periode lepas landas (the preconditions for take off)
Merupakan tingkat pertumbuhan ekonomi di mana masyarakat
sedang berada dalam proses transisi, sudah mulai penerapan ilmu pengetahuan
modern ke dalam fungsi-fungsi produksi baru, baik di bidang pertanian maupun di
bidang industri.
-Periode
Lepas Landas (The take off)
Merupakan interval waktu yang diperlukan untuk mendobrak
penghalang-penghalang pada pertumbuhan yang berkelanjutan, kekuatan-kekuatan
yang dapat mendorong pertumbuhan ekonomi diperluas, tingkat investasi yang
efektif dan tingkat produksi dapat meningkat, investasi efektif serta tabungan
yang bersifat produktif meningkat atau lebih dari jumlah pendapatan nasional, industri-industri
baru berkembang dengan cepat dan industri yang sudah ada mengalami ekspansi
dengan cepat.
-Gerak
Menuju Kedewasaan (Maturity)
Merupakan perkembangan terus menerus di mana perekonomian
tumbuh secara teratur serta lapangan usaha bertambah luas dengan penerapan
teknologi modern, investasi efektif serta tabungan meningkat dari 10 %
hingga 20 % dari pendapatan nasional dan investasi ini berlangsung secara
cepat, output dapat melampaui pertambahan jumlah penduduk, barang-barang
yang dulunya diimpor kini sudah dapat dihasilkan sendiri, tingkat perekonomian
menunjukkan kapasitas bergerak melampau kekuatan industri pada masa take off
dengan penerapan teknologi modern.
-Tingkat
Konsumsi Tinggi (high mass consumption)
Sektor-sektor industri merupakan sektor yang memimpin (leading
sector) bergerak ke arah produksi barang-barang konsumsi tahan lama dan
jasa-jasa, pendapatan riil per kapita selalu meningkat sehingga sebagian besar
masyarakat mencapai tingkat konsumsi yang melampaui kebutuhan bahan pangan
dasar, sandang, dan pangan, kesempatan kerja penuh sehingga pendapatan nasional
tinggi, pendapatan nasional yang tinggi dapat memenuhi tingkat konsumsi tinggi
2. Teori Klasik dan Neo Klasik
Teori Klasik
- Adam SmithTeori Adam Smith beranggapan bahwa pertumbuhan ekonomi sebenarnya bertumpu pada adanya pertambahan penduduk. Dengan adanya pertambahan penduduk maka akan terdapat pertambahan output atau hasil. Teori Adam Smith ini tertuang dalam bukunya yang berjudul An Inquiry Into the Nature and Causes of the Wealth of Nations.
- David RicardoRicardo berpendapat bahwa faktor pertumbuhan penduduk yang semakin besar sampai menjadi dua kali lipat pada suatu saat akan menyebabkan jumlah tenaga kerja melimpah. Kelebihan tenaga kerja akan mengakibatkan upah menjadi turun. Upah tersebut hanya dapat digunakan untuk membiayai taraf hidup minimum sehingga perekonomian akan mengalami kemandegan (statonary state). Teori David Ricardo ini dituangkan dalam bukunya yang berjudul The Principles of Political and Taxation.
Teori
Neoklasik
- Robert SolowRobert Solow berpendapat bahwa pertumbuhan ekonomi merupakan rangkaian kegiatan yang bersumber pada manusia, akumulasi modal, pemakaian teknologi modern dan hasil atau output. Adapun pertumbuhan penduduk dapat berdampak positif dan dapat berdampak negatif. Oleh karenanya, menurut Robert Solow pertambahan penduduk harus dimanfaatkan sebagai sumber daya yang positif.
- Harrord DomarTeori ini beranggapan bahwa modal harus dipakai secara efektif, karena pertumbuhan ekonomi sangat dipengaruhi oleh peranan pembentukan modal tersebut. Teori ini juga membahas tentang pendapatan nasional dan kesempatan kerja
Faktor-faktor Pertumbuhan Ekonomi
- Faktor Sumber Daya ManusiaSama halnya dengan proses pembangunan, pertumbuhan ekonomi juga dipengaruhi oleh SDM. Sumber daya manusia merupakan faktor terpenting dalam proses pembangunan, cepat lambatnya proses pembangunan tergantung kepada sejauh mana sumber daya manusianya selaku subjek pembangunan memiliki kompetensi yang memadai untuk melaksanakan proses pembangunan dengan membangun infrastruktur di daerah-daerah.
- Faktor Sumber Daya AlamSebagian besar negara berkembang bertumpu kepada sumber daya alam dalam melaksanakan proses pembangunannya. Namun, sumber daya alam saja tidak menjamin keberhasilan proses pembangunan ekonomi, apabila tidak didukung oleh kemampuan sumber daya manusianya dalam mengelola sumber daya alam yang tersedia. Sumber daya alam yang dimaksud di antaranya kesuburan tanah, kekayaan mineral, tambang, kekayaan hasil hutan dan kekayaan laut.
- Faktor Ilmu Pengetahuan dan TeknologiPerkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat mendorong adanya percepatan proses pembangunan, pergantian pola kerja yang semula menggunakan tangan manusia digantikan oleh mesin-mesin canggih berdampak kepada aspek efisiensi, kualitas dan kuantitas serangkaian aktivitas pembangunan ekonomi yang dilakukan dan pada akhirnya berakibat pada percepatan laju pertumbuhan perekonomian.
- Faktor BudayaFaktor budaya memberikan dampak tersendiri terhadap pembangunan ekonomi yang dilakukan, faktor ini dapat berfungsi sebagai pembangkit atau pendorong proses pembangunan tetapi dapat juga menjadi penghambat pembangunan. Budaya yang dapat mendorong pembangunan di antaranya sikap kerja keras dan kerja cerdas, jujur, ulet dan sebagainya. Adapun budaya yang dapat menghambat proses pembangunan di antaranya sikap anarkis, egois, boros, KKN, dan sebagainya.
- Sumber Daya ModalSumber daya modal dibutuhkan manusia untuk mengolah SDA dan meningkatkan kualitas IPTEK. Sumber daya modal berupa barang-barang modal sangat penting bagi perkembangan dan kelancaran pembangunan ekonomi karena barang-barang modal juga dapat meningkatkan produktivitas.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi di
Indonesia secara umum yaitu:
- Faktor produksi, yaitu harus mampu memanfaatkan tenaga kerja yang ada dan penggunaan bahan baku industri dalam negeri semaksimal mungkin
- Faktor investasi, yaitu dengan membuat kebijakan investasi yang tidak rumit dan berpihak pada pasar
- Faktor perdagangan luar negeri dan neraca pembayaran, harus surplus sehingga mampu meningkatkan cadangan devisa dan menstabilkan nilai rupiah
- Faktor kebijakan moneter dan inflasi, yaitu kebijakan terhadap nilai tukar rupiah dan tingkat suku bunga ini juga harus di antisipatif dan diterima pasar
- Faktor keuangan negara, yaitu berupa kebijakan fiskal yang konstruktif dan mampu membiayai pengeluaran pemerintah
Kebanyakan negara berkembang menghadapi banyak masalah
dalam mempercepat pertumbuhan ekonomi. Hambatan-hambatan terpenting yang
dialami adalah
- Kegiatan sektor pertanian masih tetap tradisional dan produktivitasnya sangat rendah
- Kebanyakan negara masih menghadapi masalah kekurangan dana modal dan barang modal (peralatan produksi) yang modern
- Tenaga terampil, terdidik dan keahlian keusahawanan penawarannya masih jauh di bawah jumlah yang diperlukan
- Perkembangan penduduk sangatlah pesat
- Berbagai masalah institusi, sosial, kebudayaan dan politik yang sering dihadapi.
Beberapa teori telah dikemukakan yang merangkan mengenai
hubungan di antara berbagai faktor produksi dengan pertumbuhan ekonomi.
Pandangan teori tersebut adalah:
- Teori klasik: menekankan tentang pentingnya faktor-faktor produksi dalam menaikkan pendapatan nasional dan mewujudkan pertumbuhan. Akan tetapi yang terutama diperhatikan ahli ekonomi klasik adalah peranan tenaga kerja. Menurut mereka tenaga kerja yang berlebihan akan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi
- Teori Schumpeteer: menekankan tentang peranan usahawan yang akan melakukan inovasi dan investasi untuk mewujudkan pertumbuhan ekonomi.
- Teori Harrod-Domar: menekankan peranan investasi sebagai faktor yang menimbulkan pertambahan pengeluaran agregat. Teori ini pada dasarnya menekankan peranan segi permintaan dalam mewujudkan pertumbuhan.
- Teori neo klasik: melalu kajian empirikal teori ini menunjukkan bahwa perkembangan teknologi dan peningkatan kemahiran masyarakat merupakan faktor yang terpenting dalam mewujudkan pertumbuhan ekonomi
Kebijakan mempercepat pertumbuhan ekonomi yang dilakukan
pemerintah adalah:
- Kebijakan diversivikasi kegiatan ekonomi, langkah pertama yang perlu dilakukan adalah memodernkan kegiatan ekonomi yang ada. Sedangkan langkah penting yang harus dilakukan adalah mengembangkan kegiatan ekonomi yang baru yang dapat mempercepat informasi kegiatan ekonomi yang bersifat tradisional kepada kegiatan ekonomi yang modern.
- Mengembangkan infrastruktur, modernisasi pertumbuhan ekonomi memerlukan infrastruktur yang modern pula. Berbagai kegiatan ekonomi memerlukan infrastruktur yang berkembang, seperti jalan, jembatan, lapangan terbang, pelabuhan, kawasan perindustrian, irigasi dan penyediaan air, listrik dan jaringan telepon.
- Meningkatkan tabungan dan investasi, pendapatan masyarakat yang rendah menyebabkan tabungan masyarakat rendah. Sedangkan pembangunan memerlukan tabungan yang besar untuk membiayai investasi yang dilakukan. Kekurangan investasi selalu dinyatakan sebagai salah satu sumber yang dapat menghambat pembangunan ekonomi. Oleh sebab itu syarat penting yang perlu dilakukan untuk mempercepat pertumbuhan dan pembangunan ekonomi adalah meningkatkan tabungan masyarakat
- Meningkatkan taraf pendidikan masyarakat, dari segi pandangan individu maupun dari segi secara keseluruhan, pendidikan merupakan satu investasi yang sangat berguna dalam pembangunan ekonomi. Individu yang memperoleh pendidikan tinggi cenderung akan memperoleh pendapatan yang lebih tinggi, jadi semakin tinggi pendidikan maka semakin tinggi pula pendapatan yang diperoleh
- Merumuskan dan melaksanakan perencanaan ekonomi, kebijakan pemerintah yang konvensional yaitu kebijakan fiskal dan moneter tidak dapat mewujudkan pertumbuhan ekonomi yang diharapkan. Untuk mengatasinya pada tahap mula dari pembangunan ekonomi perencanaan pembangunan perlu dilakukan. Melalui perencanaan pembangunan dapat pula ditentukan sejauh mana investasi swasta dan pemerintah perku dilakukan untuk mencapai suatu tujuan pertumbuhan yang telah ditentukan
Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Selama Orde Baru Hingga
Saat Ini
Kondisi Ekonomi Indonesia pada Masa Orde baru (1966-1998)
Pemerintahan
Orde Baru menyadari sepenuhnya bahwa
akibat konflik yang berkepanjangan penderitaan rakyat telah mencapai titik yang
tertinggi. Kesejahteraan rakyat telah menjadi korban dan ambisi para petualang
politik. Atas dasar kesadaran tersebut, maka pada awal Orde Baru Stabilisasi
Ekonomi menjadi prioritas utama.
Stabilisasi Ekonomi
Pada permulaan
Orde Baru, program pemerintah berorientasi pada usaha penyelamatan ekonomi
nasional terutama pada usaha pengendalian tingkat inflasi, penyelamatan
keuangan negara, dan pengamanan kebutuhan pokok rakyat. Pelaksanaan pembangunan
Orde Baru bertumpu kepada program yang dikenal dengan sebutan “ Trilogi
Pembangunan” yaitu sebagai berikut:
- Pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya menuju kepada terciptanya keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
- Pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi.
- Stabilitas yang sehat dan dinamis.
Pelaksanaan Pola
Umum Pembangunan jangka panjang (25-30 tahun) dilakukan Orde Baru secara
periodik 5 tahunan yang disebut Pelita (Pembangunan Lima Tahun).
- Pelita I (1969-1974), sasaran yang hendak dicapai adalah tersedianya pangan, sandang, papan, perluasan lapangan kerja, dan kesejahteraan rohani. Pelita 1 menekankan pembangunan di bidang pertanian.
- Pelita II (1974-1979), sasaran yang hendak dicapai adalah tersedianya pangan, sandang, papan, perluasan lapangan kerja, dan kesejahteraan rakyat.
- Pelita III (1979-1984), sasaran yang hendak dicapai adalah Trilogi Pembangunan.
- Pelita IV (1984-1989), sasaran yang hendak dicapai adalah di bidang pertanian tercapainya swasembada pangan.
- Pelita V (1989-1994), sasaran yang hendak dicapai adalah upaya peningkatan semua segi kehidupan bangsa.
- Pelita VI (1994-1998), Pemerintah menitikberatkan pembangunan ekonomi yang berkaitan dengan industri dan pertanian, serta pembangunan dan peningkatan sumber daya manusia sebagai pendukungnya.
Pengalaman pahit pemerintahan Orla menyebabkan pemerintahan Orba tidak
memilih sistem ekonomi Kapitalis-Liberal maupun Etatisme. Keberhasilan
pengelolaan ekonomi Orba tidak bertahan lama. Tetapi ini bukan karena sistem
ekonomi yang dipilihnya. Menurut Prof. Dr. Emil Salim (1979) seorang tenokrat
ekonomi saat itu dalam sebuah wawancara di Majalah Tempo (Juni 2000), penyebab
kerusakan pengelolaan perekonomian Indonesia selama sepuluh tahun terakhir
adalah maraknya Kolusi, Korupsi dan Nepotisme (KKN), khususnya antara,
pengusaha dan penguasa (pejabat pemerintahan-negara). KKN ini membawa dampak
buruk bagi perekonomian Indonesia. Pada tanggal 21 Mei 1998 presiden Soeharto,
yang baru sekitar 70 hari terpilih menjadi presiden RI 1998-2003, mengundurkan
diri dari jabatannya. Saat itulah dianggap merupakan akhir periode pemerintahan
Orba.
Di awal orde baru,
ketika Soeharto menjabat menjadi presiden RI saat ini kondisi perekonomian di Indonesia
sangat buruk, tingkat inflasi yang terjadi pada negara kita mencapai 650 % per tahun. Presiden Soeharto saat itu menambahkan langkah yang
telah di lakukan sebelumnya oleh Soekarno. dan ternyata Soeharto berhasil
menekan inflasi dari 650 % menjadi di bawah 15% dalam waktu kurang dari dua
tahun. untuk menekan inflasi yang begitu tinggi, Soeharto melakukan hal
yang jauh berbeda dengan presiden sebelumnya, beliau membuat anggaran,
menerbitkan sektor perbankan, mengembalikan sektor ekonomi dan merangkul
negara-negara barat untuk menarik modal.
Di samping itu Soeharto
pada tahun 1970-an juga menggenjot penambangan minyak dan pertambangan.
Sehingga pendapatan negara dari migas meningkat, dari 0,6 % miliar pada tahun
1973 dan sekarang mencapai 10,6% miliar pada tahun 1980. Puncaknya kebijakan
tersebut adalah ketika penghasilan dari migas sama dengan 80% hasil ekspor Indonesia.
Dengan kebijakan itu, Indonesia bisa maju dalam pembangunan di bawah
pemerintahan orde baru.
Ketika orde baru
mulai dengan pemerintahannya di tahun 1966, ekonomi Indonesia dalam keadaan
porak poranda. Antara tahun 1962 sampai 1966, pertumbuhan PDB hanya 2 % per
tahun, yang lebih kecil daripada pertumbuhan penduduk, sehingga pendapatan
nasional per kapita menurun. Investasi dalam % dari PDB, yang sangat strategis
artinya bagi pertumbuhan ekonomi menurun. Infrastruktur dalam bidang
transportasi, komunikasi, irigasi dan kelistrikan memburuk. Anggaran negara
yang selalu defisit, ditambah dengan defisit dalam neraca pembayaran
menyebabkan menyusutnya cadangan devisa. Di tahun 1962 defisit anggaran negara
63 %, yang meningkat menjadi 127 % di tahun 1966. Defisit ganda dari anggaran
negara dan neraca pembayaran juga mengakibatkan hiperinflasi. Di tahun 1966,
inflasinya mencapai 635 %.
Pemerintah yang
tidak cukup mempunyai cadangan devisa melakukan penjatahan dalam penjualan
devisa, sehingga timbul pasar gelap untuk valuta asing dengan perbandingan
harga antara pasar gelap dan kurs resmi dengan 2 sampai 3 kali lipat. Perbedaan
ini terus meningkat sampai pernah mencapai 10 kali lipat.
Dalam keadaan
yang demikian, dengan sendirinya orang tidak mau memegang rupiah. Rupiah segera
dijadikan barang yang harganya setiap hari meningkat. Maka dunia perbankan
tidak berfungsi, karena tidak ada orang yang menyimpan uang di bank. Pelarian
modal ke luar negeri dan spekulasi adalah kegiatan sehari-hari dari para
anggota masyarakat kita.
Dengan kondisi
perekonomian yang porak-poranda seperti tergambarkan di atas, pemerintah tidak
dapat langsung menyusun paket pertumbuhan ekonomi sebelum konsolidasi dan
rehabilitasi. Yang pertama-tama ditanggulangi adalah penekanan inflasi. Caranya
dengan menyeimbangkan anggaran negara. Uang beredar diturunkan melalui
pemberian bunga yang sangat tinggi untuk deposito berjangka
pada bank-bank milik negara, yaitu 60 % setahun. Asal usul deposito tidak dapat disusut. Deposito dan tabungan di bank-bank BUMN yang di tahun 1962 hanya Rp. 5,- milyar, meningkat menjadi Rp. 34,- milyar di tahun 1969, dan meningkat terus menjadi Rp. 122,- milyar di tahun 1972. Sekarang, atau untuk tahun 1996, jumlah tabungan dan deposito dalam perbankan keseluruhan, baik BUMN maupun bank-bank swasta lainnya mencapai angka 172,7 triliun.
pada bank-bank milik negara, yaitu 60 % setahun. Asal usul deposito tidak dapat disusut. Deposito dan tabungan di bank-bank BUMN yang di tahun 1962 hanya Rp. 5,- milyar, meningkat menjadi Rp. 34,- milyar di tahun 1969, dan meningkat terus menjadi Rp. 122,- milyar di tahun 1972. Sekarang, atau untuk tahun 1996, jumlah tabungan dan deposito dalam perbankan keseluruhan, baik BUMN maupun bank-bank swasta lainnya mencapai angka 172,7 triliun.
Setelah tahap
konsolidasi dilampaui, pemerintah mulai dengan program meningkatkan pertumbuhan
ekonomi yang cepat. Dari pihak pemerintah, pemompaan daya beli pada masyarakat
dilakukan melalui pembangunan infrastruktur secara besar-besaran. Investasi
dari sektor swasta, baik yang domestik maupun asing dipacu dengan berbagai
insentif seperti yang tertuang di dalam Undang-undang nomor 1 tahun 1967
tentang Penanaman Modal Asing (PMA) dan Undang-undang nomor 6 tahun 1968
tentang Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN).
Pemerintah orde
baru dapat melakukan pembangunan ekonomi dengan stabilitas politik yang kokoh.
Stabilitas politik diserahkan kepada ABRI, yang memberlakukan security
approach, sedangkan pembangunan ekonomi diserahkan kepada para profesional,
yang kebanyakan bukan politisi. Dengan bantuan dari lembaga-lembaga internasional,
baik dalam nasihat maupun dukungan dana, pembangunan selama orde baru telah
membuahkan hasil yang gemilang.
Pertumbuhan
ekonomi antara tahun 1970 sampai tahun 1996 berfluktuasi antara yang paling
rendah 2,25 % di tahun 1982, 2,26 % di tahun 1985 dan 3,21 % di tahun 1986.
Pertumbuhan pernah mencapai 14,6 % di tahun 1987 yang merupakan perkecualian.
Pada umumnya pertumbuhan berfluktuasi antara 6 sampai 8 %. Pertumbuhan
rata-rata dari 1969 sampai 1997 adalah 6,9 %. Ini adalah sebuah prestasi yang
mengagumkan banyak negara-negara maju dan lembaga-lembaga internasional. Dengan
pertumbuhan penduduk yang rata-rata 2 % setahun, pertumbuhan pendapatan nasional
per kapita mengalami kemajuan dari $ 76,- di tahun 1971 menjadi $ 1.136 di
tahun 1996.
Di tahun 1968
sumbangan sektor pertanian terhadap pembentukan PDB adalah 51 %, sedangkan
sumbangan industri manufaktur hanya 8,5 %. Dengan produksi pertanian yang tidak
menyusut, sumbangan sektor industri manufaktur terhadap pembentukan Produk
Domestik Bruto di tahun 1996 sudah meninggalkan sektor pertanian, karena sudah
merupakan 25,5 %, sedangkan sumbangan sektor pertanian 16,5 %. Ini berarti
bahwa perekonomian telah mengalami modernisasi dan transformasi dari berat
pertanian pada berat industrialisasi, tanpa pertaniannya menjadi lemah. Target
pemerintah meningkatkan industrialisasi berdasarkan atas pertanian yang kuat
telah menunjukkan hasil yang menggembirakan.
Pertumbuhan
ekonomi di Indonesia ini mencapai 6% tahun ini, menurut BI ( bank Indonesia),
ekonomi Indonesia mencapai 5,5-6% pada tahun ini meningkat menjadi 6-6,5% pada
tahun 2011dengan demikian prospek ekonomi Indonesia semakin bagus.
perbaikan
ekonomi Indonesia bersumber dari sisi eksternal sejalan dengan pemulihan ekonomi
global pada saat ini, seperti ekspor yang mencatat pertunjukan yang sangat
positif, dan lebih baik lagi berbarengan dengan impor yang akan lebih baik lagi
dan berdampak bagus di dalam maupun di luar negeri. selain didukung
perkembangan ekonomi global dan domestik yang membaik menurut BI (bank
Indonesia) ekonomi tahun depan juga disongkoh konsumsi rumah tangga yang kuat,
peningkatan sektor eksternal, dan peningkatan investasi, kata Gubernur BI Darma
Nasution di Jakarta.
Melihat kondisi
pembangunan ekonomi Indonesia selama pemerintahan orde baru (sebelum krisis
ekonomi 1997)dapat dikatakan bahwa Indonesia telah mengalami suatu proses
pembangunan ekonomi yang spektakuler, paling tidak pada tingkat makro
(agregat). Keberhasilan ini dapat diukur dengan sejumlah indikator ekonomi
makro. Yang umum digunakan adalah tingkat PN per kapita dan laju pertumbuhan
PDB per tahun. Pada tahun 1968 PN per kapita masih sangat rendah, hanya sekitar
US$60.
Namun, sejak
pelita 1 dimulai PN Indonesia per kapita mengalami peningkatan relatif tinggi
setiap tahun dan pada akhir dekade 1980-an telah mendekati US$500. Hal ini
disebabkan oleh pertumbuhan PDB rata-rata per tahun juga tinggi 7%-8% selama
1970-an dan turun ke 3%-4% per tahun selama 1980-an. Selama 70-an dan 80-an,
proses yang cukup serius, yang terutama disebabkan oleh faktor-faktor
eksternal, seperti merosotnya harga minyak mentah di pasar internasional
menjelang pertengahan 1980-an dan resensi ekonomi dunia pada dekade yang sama.
Karena Indonesia sejak pemerintahan orde baru menganut sistem ekonomi terbuka,
18 goncangan-goncangan eksternal seperti itu sangat terasa sangat dampaknya
terhadap pertumbuhan ekonomi.
Selain faktor
harga, ekspor Indonesia, baik komoditas primer maupun barang-barang industri
maju, seperti jepang, as, dan eropa barat yang merupakan pasar penting ekspor
Indonesia. Dampak negatif dari resensi ekonomi dunia tahun 1982 terhadap
perekonomian Indonesia terutama terasa dalam laju pertumbuhan ekonomi selama
1982- 1988 jauh lebih rendah dibandingkan periode sebelumnya. Karena pengalaman
menujukan bahwa biasanya resensi ekonomi dunia lebih mengakibatkan permintaan
dunia berkurang terhadap bahan-bahan baku ( yang sebagian besar di ekspor oleh
NSB) daripada permintaan terhadap barang-barang konsumsi, seperti alat-alat
rumah tangga dari elektronik dan mobil (yang pada umumnya adalah ekspor
Negara-negara maju).
Pada saat krisis
ekonomi mencapai klimaksnya, yakni tahun 1998, laju pertumbuhan PDB jatuh drastis
hingga 13,1%. Namun, pada tahun 1999 kembali positif walaupun kecil sekitar
0,8% dan tahun 2000ekonomi Indonesia sampai mengalami laju pertumbuhan yang
tinggi hampir mencapai 5%. Namun, tahun 2001 laju pertumbuhan ekonomi kembali
merosot hingga 3.8% akibat gejolak politik yang sempat memanas kembali dan pada
tahun 2007 laju pertumbuhan tercatat sedikit di atas 6%.
Antara tahun
1990 hingga setahun menjelang krisis ekonomi, ekonomi Indonesia tumbuh
rata-rata per tahun di atas 8%. Kemajuan yang dicapai oleh cina dan india
memang sangat menakjubkan. Pada awal dekade 90-an, pertumbuhan ekonomi di kedua
Negara besar tersebut masing-masing tercatat hanya 3,8% dan 5,3%. Namun, pada
pertengahan dekade 90-an, pertumbuhan kedua Negara itu sudah menyamai bahkan
melewati persentase Indonesia. Dari sejumlah Negara ASEAN yang juga dihantam
oleh krisis 1997/98, Indonesia memang paling parah dengan pertumbuhan negatif
hingga 13,1%,disusul kemudian oleh Thailand dengan -10,5%dan Malaysia-7,4%.
Namun, yang menakjubkan dari kedua Negara tersebut setahun setelah itu ekonomi
mereka mengalami pulih lebih cepat dibandingkan ekonomi Indonesia yang hanya
0,8%.
Laju pertumbuhan
ekonomi Indonesia yang semakin membaik setelah 1998 tercerminkan pada
peningkatan PDB per kapita atas dasar harga berlaku tercatat sekitar 4,8 juta
rupiah. Tahun 1999 naik menjadi 5,4 juta rupiah dan berlangsung sehingga
mencapai sekitar 10,6 juta rupiah tahun 2004, per kapita Indonesia pada tahun
2006 mencapai 1420 dolar AS, di atas india, tetapi masih jauh lebih rendah
dibandingkan china.
Tahun 1998,
sebagai akibat dari krisis ekonomi, semua komponen pengeluaran mengalami
penurunan, terkecuali X, yang maengakibatkan kontraksi AD sekitar 13%.
Sedangkan perkembangan X bias bertahan positif selama masa krisis terutama,
seperti yang telah dijelaskan sebelumnya. Komponen AD yang paling besar
penurunannya selama 1998 adalah pembentukan modal bruto (investasi) yang
merosot sekitar 33,01% dibandingkan kontraksi dari pengeluara konsumsi swasta
(rumah tangga) sebesar 6,40% dan pengeluaran pemerintah sekitar 15,37%.besarnya
penurunan investasi tersebut juga kelihatan jelas dari penurunan persentasenya
terhadap PDB pada tahun 2000 pertumbuhan investasi (tidak termasuk perubahan
stok) sempat mencapai hampir 18%, namun setelah itu merosot terus hingga negatif
pada tahun 2002.
Pada awalnya,
salah satu faktor penting yang menyebabkan merosotnya kegiatan investasi di dalam
negeri selama masa krisis, seperti juga dinegara-negara asia lain yang terkena
krisis (korea selatan dan Thailand), adalah karena kerugian besar yang dialami
oleh perusahaan swasta akibat depresiasi rupiah yang besar, sementara utang
luar negeri (ULN) nya dalam mata uang dolar AS tidak dilindungi (hedging)
sebelumnya dengan kurs tertentu di pasar berjangka waktu ke depan (forward).
Faktor-faktor lain yang membuat lesunya komponen investasi di dalam AS di antaranya
adalah jatuhnya harga saham, pelarian moda ( atau arus modal keluar lebih banyak
daripada arus masuk), dan risiko premium yang meningkat drastis.
Dua faktor
terakhir ini didorong terutama oleh kondisi politik, sosial, keamanan dan
penegakan hukum yang buruk. Sedangkan dari ekspor meningkat karena memang depresiasi
rupiah terhadap dolar As waktu itu membuat sebagian produk Indonesia, khususnya
perkebunan, mengalami peningkatan daya saing harga.
Perubahan Struktur Ekonomi
Istilah Kuznets,
perubahan struktur ekonomi disebut transpormasi struktural, artinya rangkaian
perubahan yang saling terkait satu dengan yang lainnya dalam komposisi AD,
perdagangan luar negeri (ekspor dan impor), AS produksi dan penggunaan faktor
produksi yang diperlukan guna mendukung pembangunan dan pertumbuhan ekonomi
yang berkelanjutan (Chenery, 1979)
- Teori dan Bukti EmpirisTeori perubahan struktural menitikberatkan pembahasan pada mekanisme transpormasi ekonomi yang ditandai oleh LDCs, yang semula lebih bersifat subsistence dan menitikberatkan pada sektor pertanian menuju ke struktur perekonomian yang lebih modern, yang didominasi oleh sektor-sektor nonprimer. Ada 2 teori yang umum digunakan dalam penganalisis perubahan struktur ekonomi.
Rumusnya : LPD = Fd(WP’ YP) (2,25) LPS = Fs(wp) (2,26) LPD = LPD = LP (2,27) Persamaan (2,25), permintaan L (LPD) yang merupakan suatu fungsi negatif dari tingkat upah (wp) (Fd’wp>0) dan positif dari volume produksi pertanian (Yp) (Fd’Yp>0). Persamaan (2,26) , penawaran L (LPS) yang merupakan suatu fungsi positif dari tingkat upah (Fw’wp). Sedang persamaan (2,27) mencerminkan keseimbangan di pasar L, yang menghasilkan tingkat w (W setelah dikoreksi dengan inflasi) dan jumlah L tertentu.
b. Teori Transpormasi struktural (Hollis Chenery), Teori ini memfokuskan pada perubahan struktur dalam tahapan proses perubahan ekonomi di LDCs, yang mengalami transportasi dari pertanian tradisional ke sektor industri sebagai mesin utama penggerak pertumbuhan ekonomi. Perubahan struktur ekonomi berbarengan dengan pertumbuhan PDB yang merupakan total pertumbuhan NT dari semua sektor ekonomi dapat dijelaskan dengan industri dan pertanian NTB masing-masing, yakni NTBi dan NTBp yang membentuk PDB : PDB = NTBi + NTBp
Pembangunan ekonomi jangka panjang dengan pertumbuhan PDB akan membawa
suatu perubahan mendasar dalam struktur ekonomi, dari ekonomi tradisional
dengan pertanian sebagai sektor utama ke ekonomi modern yang didominasi oleh
sektor-sektor nonprimer, khususnya industri manufaktur dengan increasing
returns to scale (relasi positif antara pertumbuhan output dan pertumbuhan
produktivitas) yang dinamis sebagai motor utama penggerak pertumbuhan ekonomi
(Weiss, 1988).
Ada
kecenderungan bahwa semakin tinggi laju pertumbuhan ekonomi yang akan membuat
semakin tinggi pendapatan masyarakat per-kapita, semakin cepat perubahan
struktur ekonomi, dengan asumsi faktor-faktor penentu lain mendukung proses
tersebut, seperti manusia (tenaga kerja), bahan baku, dan teknologi tersedia.
Teori perubahan
struktual menitikberatkan pembahasan pada mekanisme transformasi ekonomi yang
dialami oleh NSB, yang semula lebih bersifat subsistens dan menitikberatkan
pada sektor pertanian menuju ke struktur perekonomian yang lebih modern, yang
didominasi oleh sektor-sektor nonprimer.
DAFTAR PUSTAKA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar