Jumat, 27 November 2015

Sistem Mata Pencaharian Suku Madura



SISTEM MATA PENCAHARIAN
SUKU MADURA








 






NAMA                        : DWI RESTI BUDIYANTI
NPM                           : 22215058
KELAS                       : 1EB25





UNIVERSITAS GUNADARMA KARAWACI
TANGERANG



SEJARAH MADURA
Dalam cerita rakyat yang berkembang di Madura, disebutkan bahwa Suku Madura berasal dari keturunan Radhin Sagara (Raden Sagoro). Raden Sagoro adalah anak seorang putri dari Kerajaan di Pulau Jawa yaitu Medangkamulan. Kisahnya dimulai sebelum Raden Sagoro lahir. Ibunya, putri kerajaan Medangkamulan, tanpa diketahui sebab yang pasti tiba-tiba hamil. Ayahnya, Sanghyang Tunggal, Raja Medangkamulan, sangat murka mengetahui hal tersebut. Sang raja bahkan kemudian memerintahkan patihnya, Pranggulang untuk membunuh sang putri.
            Namun tugas itu tak berhasil dilakukan sang patih hingga sang putri melahirkan anaknya. Konon ketika hendak membunuh sang putri, setiap hampir menyentuh leher, pedang jatuh. Kejadian itu sampai terulang tiga kali. Sehingga sang patih menghentikan tindakannya dan membiarkan sang jabang bayi lahir. Karena Pranggulang meyakini bahwa Sang Putri hamil bukan karena perbuatannya sendiri.
            Akhirnya, Sang Putri dan anaknya dihanyutkan ke laut dan terdampar di tepi gunung (sekarang dinamakan Gunung Geger, Bangkalan). Dari gunung itu mereka melihat arah daratan yang lapang dan luas. Sedangkan gunung itu berada dipojok. Maka dinamakanlah Madura diambil dari kata “Madu Oro” yang artinya pojok daratan luas.
            Mereka berdualah yang diyakini sebagai penduduk pertama pulau Madura. Sedangkan Sang Patih yang tidak bisa menyelesaikan tugasnya kemudian enggan kembali ke Medangkamulan karena malu. Patih Pranggolang kemudian mengganti namanya menjadi Kiai Poleng
            Ada pula yang menduga bahwa asal nama san suku Madura adalah dari India. Tepatnya dari daerah yang sama namanya, Madura atau Madurai di Tamil Nadu, India Selatan. Menurut Mien Ahmad Rifai dalam Manusia Madura, Pilau Madura telah dihuni manusia jauh sebelum Kerajaan Medang berdiri.
            Sekitar 4000 tahun yang lalu atau 2000 tahun sebelum Masehi, bangsa dari utara dan kebudayaan neolitik telah berdatangan dan mendiami Pulau Madura. Mereka telah mampu bercocok tanam dan memanfaatkan kekayaan laut. Seiring dengan masuknya para pedagang dari India dan Tiongkok awal abad Masehi, sedikit demi sedikit kebudayaan dan kepercayaan suku Madura berubah. Namun dalam perdagangan, orang Madura hanya menjadi perantara. Karena keterbatasan sumber daya alam.
            Hal ini juga yang menyebabkan kerajaan-kerajaan di Madura tidak bisa berdiri sejajar dengan Jawa. Madura selalu menjadi bawahan atau bagian dari kekuasaan Jawa. Mulai zaman Kalingga, Mataram Kuno bahkan sampai Mataram Islam. Meski diwarnai dengan banyaknya pemberontakan, Madura tetap menjadi negara bawahan kerajaan besar di Jawa. Begitulah sekelumit tentang asal usul nama dan Suku Madura. Kini, Suku Madura telah menjadi salah satu suku terbesar di Indonesia.



KONDISI GEOGRAFIS
Secara geografis, Pulau Madura terletak di sebelah timur laut Pulau Jawa. Selat Madura di sebelah barat dan selatan menjadi pemisah antara Pulau Madura dan Jawa. Selat Madura menghubungkan Laut Jawa dengan Laut Bali. Sedangkan di sebelah timur dan utara, berbatasan dengan Selat Bali dan Laut Jawa.
Berdasarkan astronomis Pulau Madura terletak pada koordinat, 7°-0` Lintang Utara dan 113°-20` Bujur Timur. Panjang Pulau Madura kurang lebih 160 km dan jarak yang terlebar pulau sebesar 40 km5.
Meski terpisah dari Jawa, saat ini, secara administratif Pulau Madura termasuk wilayah Jawa Timur. Total luas wilayahnya (termasuk pulau-pulau kecil) kurang lebih 5.300 km. Jumlah penduduknya hampir mencapai 4 juta jiwa (tepatnya 3.711.433 juta jiwa, data BPS Jawa Timur tahun 2008)
Pulau Madura terdiri dari empat Kabupaten, yaitu Bangkalan, Sampang, Pamekasan dan Sumenep. Adapun rincian luas keempat kabupaten: Bangkalan 1.260 km2, Sampang 1.233 km2, Pamekasan 792 km2, dan Sumenep 1.989 km2.
Pantai utara merupakan suatu garis panjang yang hampir lurus. Pantai selatan bagian timur memiliki dua teluk besar, terlindung oleh pulau-pulau, gundukan-gundukan pasir, dan batu-batu karang. Kepulauan Sapudi dan Kangean di sebelah timur termasuk dalam daerah administratif Madura. Pulau-pulau kecil lainnya adalah Raas, Gua-Gua, Sapekan, dan Sepanjang, juga gugusan pulau kecil Masalembu, Masakambing, dan Keramian yang terletak antara Madura dan Kalimantan.
Madura memiliki gugusan bukit kapur yang lebih rendah, lebih kasar, dan lebih bulat dibandingkan bukit kapur di Jawa. Puncak tertinggi Madura adalah Gunung Tembuku, 471 m dia atas permukaan laut. Hamparan dataran rendah lebih banyak di daerah selatan. Gundukan pasir setinggi 5-15 m yang terbentang di Madura, konon terpanjang di dunia. Membentuk formasi memanjang di sisi timur laut pulau Madura.
Iklim di Madura bercirikan dua musim, yakni Musim Barat (Musim Hujan). Dan Musim Timur (Musim Kemarau). Curah hujan setiap bulan tidak lebih dari 200-300 mm. Dengan komposisi tanah dan rendahnya curah hujan menjadikan tanah di Madura kurang subur. Hal inilah yang membuat banyak orang Madura beralih pekerjaan menjadi nelayan, pedagang, atau bermigrasi. Bukan berarti sektor pertanian kemudian mati total, hanya saja tidak banyak dari orang Madura yang menggantungkan hidup dari sektor tersebut (de jonge, 1989:3-9).





PROFESI ORANG MADURA
          Mata pencaharian penduduk di suatu wilayah sangat dipengaruhi oleh kondisi geografis wilayah tersebut. Masyarakat Madura adalah masyarakat pekerja keras dan pantang menyerah, sesuai dengan kondisi alam mereka. Penduduk Pulau Madura, kebanyakan bekerja di sektor informal, seperti pertanian, perikanan dan perindustrian.
            Falsafah orang Madura dalam bekerja, sama dengan umumnya suku-suku di Nusantara. Mengambil sesuatu dari alam untuk diolah, sekedar untuk memenuhi kebutuhan dasar dan bertahan hidup. Tidak berlebih-lebihan. Namun jikalau bertahan di Pulau Madura tidak dapat mencukupi kebutuhan atau ingin mencari pengalaman hidup maka cara yang ditempuh adalah bekerja di luar Madura. Banyak sekali yang berhasil meningkatkan taraf hidupnya, dengan melakukan migrasi. Bagi yang tetap bertahan di Madura, umumnya mata pencahariannya yaitu bertani dan menjadi nelayan.
1.      Petani Madura
Mata pencaharian utama sebagian besar suku Madura sejak dahulu adalah bertani. Mereka menanami sawah dan ladang mereka dengan padi, palawija, ubi kayu dan jagung (Mien Rifai 2007:79). Pada musim hujan rata-rata ditanami padi. Di musim kemarau beberapa daerah ditanami tembakau dengan skala besar.

Seperti umumnya masyarakat petani di Jawa, para petani Madura biasanya selain bertani juga memelihara sapi, meski tidak dalam jumlah banyak. Selain sebagai alat membajak sawah, sapi juga digunakan sebagai tabungan jika sewaktu-waktu dibutuhkan. Hal ini membuat keberadaan sapi bagi masyarakat Madura menjadi sangat berharga.

Namun ada juga sapi yang dijadikan sarana hiburan yaitu ajang karapan sapi. Sapi-sapi ini biasanya diberikan perawatan lebih dan diperlakukan sangat khusus. Sapi harus selalu sehat dan gagah. Dalam pemberian pakan, rumput yang dipilih adalah rumput dengan kualitas baik.

2.      Peternakan
Profesi lain suku Madura adalah beternak. Peternakan yang utama di Madura adalah peternakan sapi. Sapi Madura adalah sapi lokal asli Indonesia yang terbentuk dari persilangan antara banteng atau sapi bali (Bos Sondaidicus) dan sapi Zebu (Bos Indicus) dan sapi Brahman (Bos Taurus) serta Sapi Jawa. (Mien Rifai, 2007).

Sapi ini secara genetik memiliki sifat toleran terhadap iklim panas dan lingkungan marginal serta tahan terhadap serangan caplak (Anonimus, 1987). Karakteristik sapi Madura sangat seragam, yaitu bentuk tubuhnya kecil, kaki pendek dan kuat, bulu berwarna merah bata agak kekuningan, tetapi bagian perut dan paha sebelah dalam berwarna putih, bertanduk khas dan jantannya bergumba.

Oleh karena itu sejak dahulu kekhasan sapi Madura dijaga keasliannya, dengan melarang sapi-sapi jenis lain masuk ke Madura. Perkembang biakan sapi ini umumnya di Pulau Sapudi, Kabupaten Sumenep. Dari Sapudi inilah sapi dipasarkan
ke seluruh Madura melalui Sumenep daratan. Sudah banyak Sapi Madura dikirim ke daerah lain, pulau Jawa dan sekitarnya.

Selain di Pulau Sapudi, di Kabupaten Pamekasan, juga dikembangkan budidaya ternak sapi asli Madura di Desa Sana Daya, Kecamatan Pasean. Bahkan dikatakan oleh bupati Pamekasan, Achmad Syafii bahwa Gubernur Jatim telah menetapkan Madura menjadi sentra produksi daging sapi.

Sapi dalam kehidupan masyarakat Madura memang mempunyai tempat yang khusus. Hal ini terutama karena jasanya yang besar bagi para petani. Tanah pertanian dapat digarap dengan bantuan Sapi. Alat transportasi di pedalaman Madura juga menggunakan sapi (sapi pajikaran).

Sapi Madura berjenis kelamin jantan, dimanfaatkan sebagai sapi kerapan (Karapan). Karapan sapi sudah menjadi bagian dari budaya masyarakat Madura. Selain sapi, orang Madura juga beternak kambing (domba) dan unggas. Ayam bekisar Madura sangat terkenal, bahkan dijadikan Maskot Kabupaten Sumenep.

3.      Nelayan Madura
Suku Madura terkenal dengan peribahasa abhantal omba’ asapo angen. Artinya Suku Madura mampu menjalani kehidupan yang keras, seperti kehidupan nelayan. Menjadi nelayan merupakan mata pencaharian terpenting orang Madura yang hidup di daerah pesisir (de Jonge 1989).

Meski kehidupan nelayan sangat tidak menentu dan kebanyakan nelayan ekonomi mereka menengah ke bawah. Kusnadi dalam Polemik Kemiskinan Nelayan menyimpulkan bahwa untuk mengatasi kemiskinan nelayan bagai menegakkan benang basah. Meski demikian, banyak orang Madura yang kuat menjalani kehidupan sebagai nelayan. Ini membuktikan peribahasa di atas ada benarnya, bahwa orang-orang Madura memang bermental baja, mampu menghadapi kehidupan yang serba sulit.

Nelayan Madura merupakan nelayan etnik yang paling dominan memanfaatkan potensi sumber daya ikan di selat Madura. Karena memang selat Madura berada di antara pulau Madura dan daerah Tapal Kuda seperti Pasuruan, Probolinggo dan Situbondo. Sedangkan para melayan di wilayah Tapal Kuda tersebut sebagian besar adalah pendatang yang berasal dari Madura.

Selain melaut dengan perahu mayang, piranti standar nelayan Madura yang dipakai untuk berangkat ke laut adalah alat menangkap ikan seperti jala, jaring, ember dan sarung. Ember digunakan untuk menampung pasir laut yang bisa dimanfaatkan untuk material rumah maupun dijual kembali. Ataupun sebagai tempat jala dan berbagai kebutuhan pribadi misalnya rokok dan sarung.

Selain ember, sarung adalah piranti wajib yang harus dibawa selama bekerja dilaut. Sarung tidak saja digunakan untuk shalat namun digunakan sebagai perlindungan dari
dingun angin malam. Sarung juga menjadi alat penutup aurat yang praktis saat ingin melaut.

Dalam sistem pembagian kerja secara seksual pada masyarakat nelayan, kaum perempuan pesisir (istri) nelayan mengambil peranan besar dalam kegiatan sosial-ekonomi di darat. Sementara laki-laki berperan di laut untuk mencari nafkah dengan menangkap ikan. Dengan kata lain, darat adalah ranah perempuan, sedangkan laut adalah ranah laki-laki (Kusnadi, 2001:151-152).

Ikan hasil tangkapan nelayan Madura adalah ikan layang, kakap merah, teri, kembung, cakalang serta tenggiri. Semuanya dijual dalam kondisi segar maupun dijadikan pindang atau dikeringkan. Pada saat hasil tangkapan sangat minim didapat, para nelayan beralih usaha menjadi pembuat kerupuk.

Kerupuk buatan nelayan ini terbuat dari hewan laut yang diberi nama terung-terung. Selain kerupuk, mereka juga membuat ikan kering, sotong kering, terasi dan petis.

Adapun penggolongan sosial-ekonomi masyarakat nelayan dapat dilihat dari 3 segi. Pertama, dari penguasaan alat-alat produksi atau peralatan tangkap (perahu, jaring dan perlengkapan lainnya), struktur masyarakat nelayan terbagi ke dalam golongan nelayan pemilik alat-alat produksi dan nelayan buruh. Nelayan buruh tidak memiliki alat-alat produksi. Dalam kegiatannya, nelayan buruh hanya menyumbangkan jasa atau tenaganya dengan hak-hak yang sangat terbatas. Jumlah nelayan buruh di kampung nelayan adalah yang terbesar.

Kedua, adalah melihat dari segi tingkat modal usaha, struktur masyarakat nelayan terbagi menjadi golongan nelayan besar dan nelayan kecil. Nelayan besar menanamkan modal usahanya dalam jumlah besar, sedangkan nelayan kecil sebaliknya.

Ketiga, dari teknologi peralatan tangkapnya, masyarakat nelayan terbagi menjadi nelayan modern dan nelayan tradisional. Nelayan modern menggunakan teknologi peralatan tangkap yang canggih sehingga tingkat pendapatan dan kesejahteraan sosial ekonominya jauh lebih tinggi. Nelayan modern ini jumlahnya relatif kecil dibandingkan nelayan tradisional.

Dari situlah terlihat masih adanya kesenjangan di kalangan masyarakat nelayan, khususnya dalam pembahasan kali ini adalah nelayan Madura. Kemiskinan seolah-olah suatu persoalan yang tak dapat diselesaikan. Karena berbagai macam kebijakan pemerintah nyata-nyata belum bisa meningkatkan taraf hidup masyarakat nelayan.

4.      Suku Madura di Perantauan
Suku Madura di Perantauan professinya sangat beragam. Jumlahnya sekitar 20 juta jiwa. Mereka berasal dari pulau Madura dan pulau-pulau sekitarnya, seperti Gili Raja, Sapudi, Raas, dan Kangean. Selain itu, orang Madura banyak tinggal di bagian timur Jawa Timur biasa disebut wilayah Tapal Kuda, dari Pasuruan sampai utara Banyuwangi. Orang Madura paling banyak di Situbondo dan Bondowoso. Selain itu juga terdapat di Probolinggo, Jember, serta sebagian di Malang.

Berdagang merupakan mata pencaharian terpenting bagi etnis Madura di perantauan. Sebagai pedagang mereka terkenal ulet. Mereka mau berdagang apa saja, mulai dari besi tua sampai sate. Di kota-kota besar seperti Surabaya, Yogyakarta dan Jakarta, sering kita jumpai pedagang sate Madura ataupun soto Madura. Bahkan dikota kecil seperti Jepara,

banyak orang Madura menetap di sana dan menjadi pedagang bubur kacang hijau.

Selain di sektor perdagangan, mereka juga banyak yang bekerja menjadi buruh di perusahaan-perusahaan misal sebagai satpam, tetapi banyak juga yang menjadi profesional seperti dosen di perguruan tinggi maupun peneliti. Bahkan banyak diantara mereka yang kemudian menduduki jabatan penting dan menjadi tokoh nasional, seperti Mahfud MD, Artidjo Alkostar, Imam Nachrowi dan lain-lain.


DAFTAR PUSTAKA 
Ma’arif, Samsul. 2015. The History Of Madura. Yogyakarta: Araska

2 komentar:

  1. SAYA MAS JOKO WIDODO DI SURABAYA.
    DEMI ALLAH INI CERITA YANG BENAR BENAR TERJADI(ASLI)BUKAN REKAYASA!!!
    HANYA DENGAN MENPROMOSIKAN WETSITE KIYAI KANJENG DIMAS DI INTERNET SAYA BARU MERASA LEGAH KARNA BERKAT BANTUAN BELIU HUTANG PIUTAN SAYA YANG RATUSAN JUTA SUDAH LUNAS SEMUA PADAHAL DULUHNYA SAYA SUDAH KE TIPU 5 KALI OLEH DUKUN YANG TIDAK BERTANGUNG JAWAB HUTANG SAYA DI MANA MANA KARNA HARUS MENBAYAR MAHAR YANG TIADA HENTINGNYA YANG INILAH YANG ITULAH'TAPI AKU TIDAK PUTUS ASA DALAM HATI KECILKU TIDAK MUNKIN SEMUA DUKUN DI INTERNET PALSU AHIRNYA KU TEMUKAN NOMOR KIYAI KANJENG DI INTERNET AKU MENDAFTAR JADI SANTRI DENGAN MENBAYAR SHAKAT YANG DI MINTA ALHASIL CUMA DENGAN WAKTU 2 HARI SAJA AKU SUDAH MENDAPATKAN APA YANG KU HARAPKAN SERIUS INI KISAH NYATA DARI SAYA.....

    …TERIMA KASIH ATAS BANTUANNYA AKI KANJENG…

    **** BELIAU MELAYANI SEPERTI: ***
    1.PESUGIHAN INSTANT 10 MILYAR
    2.UANG KEMBALI PECAHAN 100rb DAN 50rb
    3.JUAL TUYUL MEMEK / JUAL MUSUH
    4.ANGKA TOGEL GHOIB.DLL..

    …=>AKI KANJENG<=…
    >>>085-320-279-333<<<






    SAYA MAS JOKO WIDODO DI SURABAYA.
    DEMI ALLAH INI CERITA YANG BENAR BENAR TERJADI(ASLI)BUKAN REKAYASA!!!
    HANYA DENGAN MENPROMOSIKAN WETSITE KIYAI KANJENG DIMAS DI INTERNET SAYA BARU MERASA LEGAH KARNA BERKAT BANTUAN BELIU HUTANG PIUTAN SAYA YANG RATUSAN JUTA SUDAH LUNAS SEMUA PADAHAL DULUHNYA SAYA SUDAH KE TIPU 5 KALI OLEH DUKUN YANG TIDAK BERTANGUNG JAWAB HUTANG SAYA DI MANA MANA KARNA HARUS MENBAYAR MAHAR YANG TIADA HENTINGNYA YANG INILAH YANG ITULAH'TAPI AKU TIDAK PUTUS ASA DALAM HATI KECILKU TIDAK MUNKIN SEMUA DUKUN DI INTERNET PALSU AHIRNYA KU TEMUKAN NOMOR KIYAI KANJENG DI INTERNET AKU MENDAFTAR JADI SANTRI DENGAN MENBAYAR SHAKAT YANG DI MINTA ALHASIL CUMA DENGAN WAKTU 2 HARI SAJA AKU SUDAH MENDAPATKAN APA YANG KU HARAPKAN SERIUS INI KISAH NYATA DARI SAYA.....

    …TERIMA KASIH ATAS BANTUANNYA AKI KANJENG…

    **** BELIAU MELAYANI SEPERTI: ***
    1.PESUGIHAN INSTANT 10 MILYAR
    2.UANG KEMBALI PECAHAN 100rb DAN 50rb
    3.JUAL TUYUL MEMEK / JUAL MUSUH
    4.ANGKA TOGEL GHOIB.DLL..

    …=>AKI KANJENG<=…
    >>>085-320-279-333<<<

    BalasHapus
  2. Assalamualaikum Salam sejahtera untuk kita semua,
    Sengaja ingin menulis sedikit kesaksian untuk berbagi, barangkali ada teman-teman yang sedang kesulitan masalah keuangan
    Awal mula saya mengamalkan Pesugihan Tanpa Tumbal karena usaha saya bangkrut dan saya menanggung hutang sebesar 800juta saya stres hampir bunuh diri tidak tau harus bagaimana agar bisa melunasi hutang saya, saya coba buka-buka internet dan saya bertemu dengan ki sholeh pati, awalnya saya ragu dan tidak percaya tapi selama 3 hari saya berpikir, saya akhirnya bergabung dan menghubungi KI SHOLEH PATI kata Pak.kyai pesugihan yang cocok untuk saya adalah pesugihan penarikan uang gaib 5Milyar dengan tumbal hewan, Semua petunjuk saya ikuti dan hanya 1 hari Astagfirullahallazim, Alhamdulilah akhirnya 5M yang saya minta benar benar ada di tangan saya semua hutang saya lunas dan sisanya buat modal usaha. sekarang rumah sudah punya dan mobil pun sudah ada. Maka dari itu, setiap kali ada teman saya yang mengeluhkan nasibnya, saya sering menyarankan untuk menghubungi KI SHOLEH PATI di 0852-1905-3025 situsnya www.PESUGIHANISLAMI.ye.vc agar di berikan arahan. Toh tidak langsung datang ke jawa timur, saya sendiri dulu hanya berkonsultasi jarak jauh. Alhamdulillah, hasilnya sama baik, jika ingin seperti saya coba hubungi KI SHOLEH PATI pasti akan di bantu


    BalasHapus