Selasa, 15 Desember 2015

Tulisan_4ss_pengantarbisnisi

OUTSOURCING


PENGERTIAN OUTSOURCING
penggunaan tenaga kerja dari luar perusahaan sendiri untuk melaksanakan tugas atau pekerjaan tertentu yang spesifik.Di negara kita, ada undang-undang yang khusus mengatur mengenai hal ini, yaitu UU No. 13 tahun 2003. Yang membuat sedikit kerancuan adalah tidak ada penyebutan istilah outsourcing dalam undang-undang tersebut. Yang bisa ditarik dari UU tersebut adalah outsourcing memiliki dua bentuk, yaitu pemborongan pekerjaan dan penyediaan jasa pekerja / buruh.

Jenis pekerjaan apa saja yang bisa di-outsourcing-kan?
Pada dasarnya, semua jenis pekerjaan yang tidak menyangkut pengambilan keputusan yang mempengaruhi kebijakan perusahaan bisa di-outsourcing-kan. Yang paling umum adalah pengamanan (security – satpam), kebersihan (cleaning service – office boy), operator mesin atau alat tertentu, entry data, dll,

Apa keuntungan perusahaan yang menggunakan jasa outsourcing
  1. Perusahaan bisa lebih fokus mengurusi bisnis intinya daripada menghabiskan energi, waktu, dan biaya untuk hal-hal yang bersifat teknis.
  2. Bisa menghemat anggaran untuk biaya pelatihan karyawan
  3. Dengan penyerahan pengelolaan tenaga kerja ke perusahaan Outsourcing, maka perusahaan tidak perlu lagi mengurusi Perekrutan, Pelatihan, Administrasi tenaga kerja dan Penggajian dan lain – lainnya disetiap bulannya.
  4. Perusahaan bisa mendapatkan pekerja yang benar-benar kompeten di bidangnya.
  5. Lebih mudah membuat proyeksi anggaran dan tingkat kualitas hasil pekerjaan karena bisa mengubah biaya variabel menjadi biaya tetap.
  6. Perusahaan tidak lagi direpotkan dengan urusan Pesangon, THR, PHK dan masalah lainnya sehubungan dengan pemutusan tenaga kerja karena hal ini telah dikelola oleh Perusahaan Outsourcing.
  7. Pekerja dari perusahaan outsourcing biasanya lebih berkualitas dari pada pekerja sendiri. Perusahaan outsourcing secara terus menerus memaksimalkan kualitas pekerja yang disewakannya untuk memenuhi kebutuhan perusahaan pelanggan.
  8. Perusahaan tidak perlu melakukan alih teknologi dan pengetahuan yang butuh dana dan waktu.
  9. Lebih fleksible untuk melakukan atau tidak melakukan investasi.
  10. Meminimalkan risiko kegagalan investasi yang mahal.
  11. Perusahaan bisa membagi resiko pekerjaan (dimana resiko bidang pekerjaan ditangani oleh perusahaan outsourcing dan resiko dibidang lain ditangani perusahaan itu sendiri).
Apa kelemahan dan sisi negatif penggunaan tenaga outsourcing bagi perusahaan?
  1. Tidak bisa secara fleksibel mampu menangani permasalahan-permasalahan yang unik dan khusus dalam perusahaan.
  2. Apabila jenis pekerjaan yang di-outsourcing-kan bersifat rahasia dan strategis bagi perusahaan, maka ada kemungkinan akan ditiru atau dijual kepada pihak lain.
  3. Tidak efektif bila kontrak tenaga outsourcing hanya sebentar. Karean akan ada peralihan tugas dan penyesuaian di sana-sini yang tetap butuh waktu dan tenaga.
  4. Butuh sistem tertentu supaya keamanan data dan sistem perusahaan tetap terjaga.
  5. Perusahaan akan kehilangan kendali terhadap aplikasi dan pekerjaan yang di-outsource-kan. Misalnya ketika aplikasi tersebut memerlukan penanganan khusus dan cepat. Ketika ada masalah maka perusahaan harus dahulu menghubungi pihak penyedia tenaga outsourcing atau vendor.
  6. Adanya kecenderungan outsourcer untuk merahasiakan sistem yang digunakan dalam membangun sistem informasi bagi pelanggannya agar jasanya tetap digunakan.
  7. Pada level dan bidang pekerjaan tertentu, perusahaan cenderung akan sangat tergantung kepada pihak ketiga (pengembang dan pengelola) sehingga cukup sulit bagi perusahaan untuk mengambil alih kembali sistem yang sudah berjalan saat ini (memerlukan waktu dan tenaga).
http://dee-belajar.blogspot.co.id/2014/08/pengertian-outsourcing.html

Tugas_4ss_pengantarbisnis

CARA REKRUTMEN DAN SELEKSI PERUSAHAAN


  1. PERBEDAAN REKRUTMEN DAN SELEKSI
    Proses rekrutmen adalah suatu proses penerimaan calon tenaga kerja untuk memenuhi kebutuhan akan tenaga kerja (lowongan pekerjaan) pada suatu unit kerja dalam suatu organisasi atau perusahaan.
    sedangkan proses seleksi adalah proses pemilihan calon tenaga kerja yang paling memenuhi syarat untuk mengisi lowongan pekerjaan.


B. TAHAP-TAHAP PROSES REKRUTMEN DAN SELEKSI
  • Rekrutmen
    - memasang iklan di berbagai media cetak, seperti koran, majalah, tabloid; atau di radio dan televisi
    - pendekatan langsung ke sekolah, universitas, lembaga-lembaga pendidikan kejuruan atau pusat-pusat kursus
    - para karyawannya sendiri yang akan mengajukan kenalan atau anggota keluarganya yang dapat mereka jamin ‘kebaikan’ kerjanya
    - pencari kerja melamar sendiri di perusahaan-perusahaan.
  • Seleksi
    - seleksi surat-surat lamaran
    - wawancara awal
    - ujian, psikotes, wawancara
    - penilaian akhir
    - pemberitahuan dan wawancara akhir
    - penerimaan

C. METODE-METODE PEREKRUTMEN
  • Metode Tertutup
    Metode tertutup yaitu dimana perekrutan itu hanya diinformasikan kepada para karyawan atau orang-orang tertentu saja.
  • Metode Terbuka
    Metode terbuka adalah dimana perekrutan itu diinformasikan secara luas dengan memasang iklan pada media massa baik cetak maupun elektronik, agar tersebar luas kemasyarakat.



Jumat, 04 Desember 2015

Peta Rencana Hidup


PETA RENCANA HIDUP




1.       MENDAPATKAN NILAI DAN IPK YANG TINGGI SELAMA KULIAH



2. DAPAT MENYELESAIKAN S1 TEPAT WAKTU

3. INGIN MENGEMBANGKAN SKILL SAYA YANG BERHUBUNGAN DENGAN JURUSAN YANG SAAT INI SAYA AMBIL YAITU AKUNTANSI



4. INGIN BEKERJA DIKANTOR, SEPERTI MENJADI SEKRETARIS


5. INGIN MENJADI ORANG YANG SUKSES DAN MEMBANGGAKAN KEDUA ORANGTUA

6. JIKA SAYA MEMPUNYAI BANYAK UANG, SAYA AKAN MEMENUHI KEBUTUHAN/KEINGINAN KEDUA ORANGTUA SAYA


7. INGIN MEMBELIKAN RUMAH YANG LEBIH NYAMAN UNTUK MASA TUA KEDUA ORANGTUA SAYA





8. INGIN MEMLIKI RUMAH MILIK SENDIRI




9. INGIN N KENDARAAN UNTUK KEDUA ORANGTUA SAYA



10. INGIN MEMPUNYAI KENDARAAN MILIK SENDIRI


11. INGIN MEMBERANGKATKAN KEDUA ORANGTUA SAYA PERGI HAJI







12. INGIN MEMPUNYAI USAHA/BISNIS


13. DAPAT BERUMAH TANGGA DAN MEMPUNYAI IMAM SESUAI DENGAN YANG DIHARAPKAN






14. MEMPUNYAI ANAK-ANAK YANG LUCU


15, DAPAT HIDUP BAHAGIA SELAMANYA BERSAMA IMAM DAN ANAK-ANAK SAYA KELAK



































-INSYAALLAH-

Jumat, 27 November 2015

Sistem Mata Pencaharian Suku Madura



SISTEM MATA PENCAHARIAN
SUKU MADURA








 






NAMA                        : DWI RESTI BUDIYANTI
NPM                           : 22215058
KELAS                       : 1EB25





UNIVERSITAS GUNADARMA KARAWACI
TANGERANG



SEJARAH MADURA
Dalam cerita rakyat yang berkembang di Madura, disebutkan bahwa Suku Madura berasal dari keturunan Radhin Sagara (Raden Sagoro). Raden Sagoro adalah anak seorang putri dari Kerajaan di Pulau Jawa yaitu Medangkamulan. Kisahnya dimulai sebelum Raden Sagoro lahir. Ibunya, putri kerajaan Medangkamulan, tanpa diketahui sebab yang pasti tiba-tiba hamil. Ayahnya, Sanghyang Tunggal, Raja Medangkamulan, sangat murka mengetahui hal tersebut. Sang raja bahkan kemudian memerintahkan patihnya, Pranggulang untuk membunuh sang putri.
            Namun tugas itu tak berhasil dilakukan sang patih hingga sang putri melahirkan anaknya. Konon ketika hendak membunuh sang putri, setiap hampir menyentuh leher, pedang jatuh. Kejadian itu sampai terulang tiga kali. Sehingga sang patih menghentikan tindakannya dan membiarkan sang jabang bayi lahir. Karena Pranggulang meyakini bahwa Sang Putri hamil bukan karena perbuatannya sendiri.
            Akhirnya, Sang Putri dan anaknya dihanyutkan ke laut dan terdampar di tepi gunung (sekarang dinamakan Gunung Geger, Bangkalan). Dari gunung itu mereka melihat arah daratan yang lapang dan luas. Sedangkan gunung itu berada dipojok. Maka dinamakanlah Madura diambil dari kata “Madu Oro” yang artinya pojok daratan luas.
            Mereka berdualah yang diyakini sebagai penduduk pertama pulau Madura. Sedangkan Sang Patih yang tidak bisa menyelesaikan tugasnya kemudian enggan kembali ke Medangkamulan karena malu. Patih Pranggolang kemudian mengganti namanya menjadi Kiai Poleng
            Ada pula yang menduga bahwa asal nama san suku Madura adalah dari India. Tepatnya dari daerah yang sama namanya, Madura atau Madurai di Tamil Nadu, India Selatan. Menurut Mien Ahmad Rifai dalam Manusia Madura, Pilau Madura telah dihuni manusia jauh sebelum Kerajaan Medang berdiri.
            Sekitar 4000 tahun yang lalu atau 2000 tahun sebelum Masehi, bangsa dari utara dan kebudayaan neolitik telah berdatangan dan mendiami Pulau Madura. Mereka telah mampu bercocok tanam dan memanfaatkan kekayaan laut. Seiring dengan masuknya para pedagang dari India dan Tiongkok awal abad Masehi, sedikit demi sedikit kebudayaan dan kepercayaan suku Madura berubah. Namun dalam perdagangan, orang Madura hanya menjadi perantara. Karena keterbatasan sumber daya alam.
            Hal ini juga yang menyebabkan kerajaan-kerajaan di Madura tidak bisa berdiri sejajar dengan Jawa. Madura selalu menjadi bawahan atau bagian dari kekuasaan Jawa. Mulai zaman Kalingga, Mataram Kuno bahkan sampai Mataram Islam. Meski diwarnai dengan banyaknya pemberontakan, Madura tetap menjadi negara bawahan kerajaan besar di Jawa. Begitulah sekelumit tentang asal usul nama dan Suku Madura. Kini, Suku Madura telah menjadi salah satu suku terbesar di Indonesia.



KONDISI GEOGRAFIS
Secara geografis, Pulau Madura terletak di sebelah timur laut Pulau Jawa. Selat Madura di sebelah barat dan selatan menjadi pemisah antara Pulau Madura dan Jawa. Selat Madura menghubungkan Laut Jawa dengan Laut Bali. Sedangkan di sebelah timur dan utara, berbatasan dengan Selat Bali dan Laut Jawa.
Berdasarkan astronomis Pulau Madura terletak pada koordinat, 7°-0` Lintang Utara dan 113°-20` Bujur Timur. Panjang Pulau Madura kurang lebih 160 km dan jarak yang terlebar pulau sebesar 40 km5.
Meski terpisah dari Jawa, saat ini, secara administratif Pulau Madura termasuk wilayah Jawa Timur. Total luas wilayahnya (termasuk pulau-pulau kecil) kurang lebih 5.300 km. Jumlah penduduknya hampir mencapai 4 juta jiwa (tepatnya 3.711.433 juta jiwa, data BPS Jawa Timur tahun 2008)
Pulau Madura terdiri dari empat Kabupaten, yaitu Bangkalan, Sampang, Pamekasan dan Sumenep. Adapun rincian luas keempat kabupaten: Bangkalan 1.260 km2, Sampang 1.233 km2, Pamekasan 792 km2, dan Sumenep 1.989 km2.
Pantai utara merupakan suatu garis panjang yang hampir lurus. Pantai selatan bagian timur memiliki dua teluk besar, terlindung oleh pulau-pulau, gundukan-gundukan pasir, dan batu-batu karang. Kepulauan Sapudi dan Kangean di sebelah timur termasuk dalam daerah administratif Madura. Pulau-pulau kecil lainnya adalah Raas, Gua-Gua, Sapekan, dan Sepanjang, juga gugusan pulau kecil Masalembu, Masakambing, dan Keramian yang terletak antara Madura dan Kalimantan.
Madura memiliki gugusan bukit kapur yang lebih rendah, lebih kasar, dan lebih bulat dibandingkan bukit kapur di Jawa. Puncak tertinggi Madura adalah Gunung Tembuku, 471 m dia atas permukaan laut. Hamparan dataran rendah lebih banyak di daerah selatan. Gundukan pasir setinggi 5-15 m yang terbentang di Madura, konon terpanjang di dunia. Membentuk formasi memanjang di sisi timur laut pulau Madura.
Iklim di Madura bercirikan dua musim, yakni Musim Barat (Musim Hujan). Dan Musim Timur (Musim Kemarau). Curah hujan setiap bulan tidak lebih dari 200-300 mm. Dengan komposisi tanah dan rendahnya curah hujan menjadikan tanah di Madura kurang subur. Hal inilah yang membuat banyak orang Madura beralih pekerjaan menjadi nelayan, pedagang, atau bermigrasi. Bukan berarti sektor pertanian kemudian mati total, hanya saja tidak banyak dari orang Madura yang menggantungkan hidup dari sektor tersebut (de jonge, 1989:3-9).





PROFESI ORANG MADURA
          Mata pencaharian penduduk di suatu wilayah sangat dipengaruhi oleh kondisi geografis wilayah tersebut. Masyarakat Madura adalah masyarakat pekerja keras dan pantang menyerah, sesuai dengan kondisi alam mereka. Penduduk Pulau Madura, kebanyakan bekerja di sektor informal, seperti pertanian, perikanan dan perindustrian.
            Falsafah orang Madura dalam bekerja, sama dengan umumnya suku-suku di Nusantara. Mengambil sesuatu dari alam untuk diolah, sekedar untuk memenuhi kebutuhan dasar dan bertahan hidup. Tidak berlebih-lebihan. Namun jikalau bertahan di Pulau Madura tidak dapat mencukupi kebutuhan atau ingin mencari pengalaman hidup maka cara yang ditempuh adalah bekerja di luar Madura. Banyak sekali yang berhasil meningkatkan taraf hidupnya, dengan melakukan migrasi. Bagi yang tetap bertahan di Madura, umumnya mata pencahariannya yaitu bertani dan menjadi nelayan.
1.      Petani Madura
Mata pencaharian utama sebagian besar suku Madura sejak dahulu adalah bertani. Mereka menanami sawah dan ladang mereka dengan padi, palawija, ubi kayu dan jagung (Mien Rifai 2007:79). Pada musim hujan rata-rata ditanami padi. Di musim kemarau beberapa daerah ditanami tembakau dengan skala besar.

Seperti umumnya masyarakat petani di Jawa, para petani Madura biasanya selain bertani juga memelihara sapi, meski tidak dalam jumlah banyak. Selain sebagai alat membajak sawah, sapi juga digunakan sebagai tabungan jika sewaktu-waktu dibutuhkan. Hal ini membuat keberadaan sapi bagi masyarakat Madura menjadi sangat berharga.

Namun ada juga sapi yang dijadikan sarana hiburan yaitu ajang karapan sapi. Sapi-sapi ini biasanya diberikan perawatan lebih dan diperlakukan sangat khusus. Sapi harus selalu sehat dan gagah. Dalam pemberian pakan, rumput yang dipilih adalah rumput dengan kualitas baik.

2.      Peternakan
Profesi lain suku Madura adalah beternak. Peternakan yang utama di Madura adalah peternakan sapi. Sapi Madura adalah sapi lokal asli Indonesia yang terbentuk dari persilangan antara banteng atau sapi bali (Bos Sondaidicus) dan sapi Zebu (Bos Indicus) dan sapi Brahman (Bos Taurus) serta Sapi Jawa. (Mien Rifai, 2007).

Sapi ini secara genetik memiliki sifat toleran terhadap iklim panas dan lingkungan marginal serta tahan terhadap serangan caplak (Anonimus, 1987). Karakteristik sapi Madura sangat seragam, yaitu bentuk tubuhnya kecil, kaki pendek dan kuat, bulu berwarna merah bata agak kekuningan, tetapi bagian perut dan paha sebelah dalam berwarna putih, bertanduk khas dan jantannya bergumba.

Oleh karena itu sejak dahulu kekhasan sapi Madura dijaga keasliannya, dengan melarang sapi-sapi jenis lain masuk ke Madura. Perkembang biakan sapi ini umumnya di Pulau Sapudi, Kabupaten Sumenep. Dari Sapudi inilah sapi dipasarkan
ke seluruh Madura melalui Sumenep daratan. Sudah banyak Sapi Madura dikirim ke daerah lain, pulau Jawa dan sekitarnya.

Selain di Pulau Sapudi, di Kabupaten Pamekasan, juga dikembangkan budidaya ternak sapi asli Madura di Desa Sana Daya, Kecamatan Pasean. Bahkan dikatakan oleh bupati Pamekasan, Achmad Syafii bahwa Gubernur Jatim telah menetapkan Madura menjadi sentra produksi daging sapi.

Sapi dalam kehidupan masyarakat Madura memang mempunyai tempat yang khusus. Hal ini terutama karena jasanya yang besar bagi para petani. Tanah pertanian dapat digarap dengan bantuan Sapi. Alat transportasi di pedalaman Madura juga menggunakan sapi (sapi pajikaran).

Sapi Madura berjenis kelamin jantan, dimanfaatkan sebagai sapi kerapan (Karapan). Karapan sapi sudah menjadi bagian dari budaya masyarakat Madura. Selain sapi, orang Madura juga beternak kambing (domba) dan unggas. Ayam bekisar Madura sangat terkenal, bahkan dijadikan Maskot Kabupaten Sumenep.

3.      Nelayan Madura
Suku Madura terkenal dengan peribahasa abhantal omba’ asapo angen. Artinya Suku Madura mampu menjalani kehidupan yang keras, seperti kehidupan nelayan. Menjadi nelayan merupakan mata pencaharian terpenting orang Madura yang hidup di daerah pesisir (de Jonge 1989).

Meski kehidupan nelayan sangat tidak menentu dan kebanyakan nelayan ekonomi mereka menengah ke bawah. Kusnadi dalam Polemik Kemiskinan Nelayan menyimpulkan bahwa untuk mengatasi kemiskinan nelayan bagai menegakkan benang basah. Meski demikian, banyak orang Madura yang kuat menjalani kehidupan sebagai nelayan. Ini membuktikan peribahasa di atas ada benarnya, bahwa orang-orang Madura memang bermental baja, mampu menghadapi kehidupan yang serba sulit.

Nelayan Madura merupakan nelayan etnik yang paling dominan memanfaatkan potensi sumber daya ikan di selat Madura. Karena memang selat Madura berada di antara pulau Madura dan daerah Tapal Kuda seperti Pasuruan, Probolinggo dan Situbondo. Sedangkan para melayan di wilayah Tapal Kuda tersebut sebagian besar adalah pendatang yang berasal dari Madura.

Selain melaut dengan perahu mayang, piranti standar nelayan Madura yang dipakai untuk berangkat ke laut adalah alat menangkap ikan seperti jala, jaring, ember dan sarung. Ember digunakan untuk menampung pasir laut yang bisa dimanfaatkan untuk material rumah maupun dijual kembali. Ataupun sebagai tempat jala dan berbagai kebutuhan pribadi misalnya rokok dan sarung.

Selain ember, sarung adalah piranti wajib yang harus dibawa selama bekerja dilaut. Sarung tidak saja digunakan untuk shalat namun digunakan sebagai perlindungan dari
dingun angin malam. Sarung juga menjadi alat penutup aurat yang praktis saat ingin melaut.

Dalam sistem pembagian kerja secara seksual pada masyarakat nelayan, kaum perempuan pesisir (istri) nelayan mengambil peranan besar dalam kegiatan sosial-ekonomi di darat. Sementara laki-laki berperan di laut untuk mencari nafkah dengan menangkap ikan. Dengan kata lain, darat adalah ranah perempuan, sedangkan laut adalah ranah laki-laki (Kusnadi, 2001:151-152).

Ikan hasil tangkapan nelayan Madura adalah ikan layang, kakap merah, teri, kembung, cakalang serta tenggiri. Semuanya dijual dalam kondisi segar maupun dijadikan pindang atau dikeringkan. Pada saat hasil tangkapan sangat minim didapat, para nelayan beralih usaha menjadi pembuat kerupuk.

Kerupuk buatan nelayan ini terbuat dari hewan laut yang diberi nama terung-terung. Selain kerupuk, mereka juga membuat ikan kering, sotong kering, terasi dan petis.

Adapun penggolongan sosial-ekonomi masyarakat nelayan dapat dilihat dari 3 segi. Pertama, dari penguasaan alat-alat produksi atau peralatan tangkap (perahu, jaring dan perlengkapan lainnya), struktur masyarakat nelayan terbagi ke dalam golongan nelayan pemilik alat-alat produksi dan nelayan buruh. Nelayan buruh tidak memiliki alat-alat produksi. Dalam kegiatannya, nelayan buruh hanya menyumbangkan jasa atau tenaganya dengan hak-hak yang sangat terbatas. Jumlah nelayan buruh di kampung nelayan adalah yang terbesar.

Kedua, adalah melihat dari segi tingkat modal usaha, struktur masyarakat nelayan terbagi menjadi golongan nelayan besar dan nelayan kecil. Nelayan besar menanamkan modal usahanya dalam jumlah besar, sedangkan nelayan kecil sebaliknya.

Ketiga, dari teknologi peralatan tangkapnya, masyarakat nelayan terbagi menjadi nelayan modern dan nelayan tradisional. Nelayan modern menggunakan teknologi peralatan tangkap yang canggih sehingga tingkat pendapatan dan kesejahteraan sosial ekonominya jauh lebih tinggi. Nelayan modern ini jumlahnya relatif kecil dibandingkan nelayan tradisional.

Dari situlah terlihat masih adanya kesenjangan di kalangan masyarakat nelayan, khususnya dalam pembahasan kali ini adalah nelayan Madura. Kemiskinan seolah-olah suatu persoalan yang tak dapat diselesaikan. Karena berbagai macam kebijakan pemerintah nyata-nyata belum bisa meningkatkan taraf hidup masyarakat nelayan.

4.      Suku Madura di Perantauan
Suku Madura di Perantauan professinya sangat beragam. Jumlahnya sekitar 20 juta jiwa. Mereka berasal dari pulau Madura dan pulau-pulau sekitarnya, seperti Gili Raja, Sapudi, Raas, dan Kangean. Selain itu, orang Madura banyak tinggal di bagian timur Jawa Timur biasa disebut wilayah Tapal Kuda, dari Pasuruan sampai utara Banyuwangi. Orang Madura paling banyak di Situbondo dan Bondowoso. Selain itu juga terdapat di Probolinggo, Jember, serta sebagian di Malang.

Berdagang merupakan mata pencaharian terpenting bagi etnis Madura di perantauan. Sebagai pedagang mereka terkenal ulet. Mereka mau berdagang apa saja, mulai dari besi tua sampai sate. Di kota-kota besar seperti Surabaya, Yogyakarta dan Jakarta, sering kita jumpai pedagang sate Madura ataupun soto Madura. Bahkan dikota kecil seperti Jepara,

banyak orang Madura menetap di sana dan menjadi pedagang bubur kacang hijau.

Selain di sektor perdagangan, mereka juga banyak yang bekerja menjadi buruh di perusahaan-perusahaan misal sebagai satpam, tetapi banyak juga yang menjadi profesional seperti dosen di perguruan tinggi maupun peneliti. Bahkan banyak diantara mereka yang kemudian menduduki jabatan penting dan menjadi tokoh nasional, seperti Mahfud MD, Artidjo Alkostar, Imam Nachrowi dan lain-lain.


DAFTAR PUSTAKA 
Ma’arif, Samsul. 2015. The History Of Madura. Yogyakarta: Araska